Dogimauwnews. Sudah selayaknya pemerintah daerah kabupaten Dogiyai memberdayakan masyarakat/pedagang asli dogiyai dengan berbagai pelatihan pendidikan pemasaran dengan memberikan modal dan alat dagang seperti modal (uang), alat timbangan, dll, namun sejauh ini tidak ada niat untuk memberdayakan pedagang asli Dogiyai.
Sehingga dengan adanya bantuan alat timbangan, dapat
berdagang dengan baik dan terukur. “Dengan adanya bantuan diharapkan para
penerima dapat menggunakan sebaik-baiknya, agar terwujud perdagangan yang
jujur, adil dan transparan.
Bisa
diperidiksikan untuk kedepan pedagang asli Dogiyai tidak akan mampu bersaingan
dengan pedagang orang pendatang dari luar papua umum dan khususnya luar daerah
Dogiyai.
Ditengah
guyuran banyak dana dari pusat maupun provinsi pedagang asli Dogiyai sangat
menderita mencari tempat pemasaran, dengan menjajakan hasil kebunnya di tengah
perut kota Moanemani diatas lumpur tanah, dijalan dan di emperan kios sehingga
banyak rakyat yang menderita sakit, masuk angin, flu akibat tidak adanya pasar
umum di kabupaten Dogiyai.
Jika
pemerintah daerah (bupati) tidak memperhatikan pelaku usaha pedagang kaki lima dan asongan asli Dogiyai, maka Dogiyai akan
masuk ke kategori minim pendapatan asli daerah atau dikategorikan kabupaten
termiskin di Papua, pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima selama ini
sekitar Rp 400 juta itu jika dibandingkan dengan daerah lain sangat kecil,
sebab kabupaten Dogiyai dikenal dengan Produk Kopi P-5 di seluruh Indonesia
bahkan sampai di Eropa.
Dengan pemberdayaan atau bantuan yang akan diberikan
oleh pemerintah daerah Dogiyai dengan harapan nantinya adalah merupakan program
pembinaan para pelaku usaha kecil, pedagang kaki lima dan asongan asli Dogiyai-Papua
dengan harapan dapat meningkatkan tertib ukur di segala bidang serta memberikan
kontribusi bagi daerah melalui pendapatan asli daerah, harus disesuaikan dengan
peraturan daerah tentang retribusi dalam pelayanannya.
Namun pemerintah daerah jangan hanya pengejar PAD-nya
saja, tetapi harus Pemerintah daerah selalu dan selalu memikirkan masyarakat
pribumi, yang selama ini khususnya pedagang kaki lima asli Dogiyai hanya
melalukan transaksi jual beli barang yaitu dengan sistem setumpuk, dua tumpuk
atau lainnya bahkan mengeksport ke Deiyai dan Paniai dan ke Nabire sehingga
pendapatan daerah semakin menurun.
Dengan ada pemberdayaan seperti ini akan terpelihara
situasi daerah tetap kondusif, sehingga
roda pemerintahan tetap berjalan sesuai dengan harapan kita bersama masyarakat,
pemuda dan pemerintah. Jika tidak mengutamakan pendapatan asli daerah melalui
pemberdayaan maka Kabupaten Dogiyai tetap pada tempat di tengah guyuran dana
milyaran rupiah bahkan triliyunan rupiah, namun jika mengutamakan pemberdayaan
dan pasar utama bagi pedagang, maka kab Dogiyai akan menjadi kabupaten terkaya
di Papua, sesuai dengan harapan pemerintah dan Motto kabupaten akan terwujud, Dogiyai tergolong kabupaten miskin ditengah guyuran dana Triliyunan Rupiah, pasti akan terwujud Dogiyai yang maju dan Dogiyai douu enaa.
by: Amoye Bidabi
“DOGIYAI DOUU ENAA”
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !