Hal
itu terjadi berulang kali pada beberapa orang. Akhirnya, diketahui bahwa
disekitar kolam tersebut tumbuh sejenis pohon yang kulitnya biasa dijadikan
sebagai obat malaria, yang kemudian berjatuhan di kolam tersebut.
Penemuan
obat yang dikemudian hari dikenal sebagai pohon (Batupiya kadoo) Kina itu terjadi secara
kebetulan saja.
JENIS LAIN
JENIS LAIN
Pada saat kita kecil, pastilah kita
tidak mau makan atau minum yang namanya
obat. Pastilah karena rasanya yang pahit, sehingga kita tidak mau makan. Tapi seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang farmasi, obat kini memiliki varian rasa yang
setidaknya mengurangi rasa enggan kita untuk memakan atau meminumnya. Produsen
obat sebisa mungkin menarik perhatian masyarakat dengan menghadirkan varian
rasa yang “aneh”, mulai dari rasa anggur, jeruk, dan strawberry. Itu adalah
cara agar kita tidak takut untuk mengkonsumsi obat.
Menurut catatan arkeolog, buku pertama yang memuat bahan obat atau ramuan obat ditulis pada tahun 2725 M dengan nama Sheng Nung. Dalam buku tersebut terdapat nama obat yaitu Chang Sang yang setelah diteliti, tak lain adalah tanaman Dichroa febrifuga, ramuan anti penyakit malaria. Selain itu, ada pula obat yang bernama Ma Huang yang dalam bahasa latin dikenal dengan Epheora sinica, sebagai bahan obat perangsang otak.
Kira-kira 1500 tahun SM, bangsa Mesir Kuno telah menemukan obat penguat jantung dari pohon Ebert papyrus, Pohon tersebut konon ditemukan oleh seorang ahli berkebangsaan Jerman, George Ebers.
Setelah itu, berbagai penemuan tanaman obat terus berlangsung di berbagai belahan dunia ini meskipun belum diteliti secara ilmiah.
Bangsa Indian di Amerika Selatan menggunakan jenis resin (sejenis getah) dari tanaman menjalar yang beracun yang disimpan pada ujung anak panahnya untuk berburu binatang atau menjaga diri dari serangan suku lain.
Contoh tumbuhan lain yang dulu biasa dipakai sebagai obat adalah Atropa belladonna. Atropa berarti benang, sementara belladonna berarti cantik. Dengan demikian, seorang wanita yang menggunakan bahan obat tersebut akan kelihatan lebih cantik karena menyebabkan pembesaran pupil mata.
Perkembangan selanjutnya terjadi di abad ke-3 SM. Papaver somniferum(getah buah papaver) dinyatakan oleh Raja Theofratus sebagai obat penahan nyeri.
Pada abad ke-1 M, Discorides, seorang ahli botani berhasil menyusun buku tentang berbagai khasiat macam-macam tumbuhan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah De Materica Medica, sebagai awal dari perkembangan farmasi di dunia.
Salah satu tokoh terkenal pada tahun 131-200 M, Galen telah membuat lebih dari 500 buku tentang berbagai obat yang berasal dari alam dan juga teknik mencampurnya. Itulah yang membuat Galen begitu terkenal di masanya, khususnya di bidang pengobatan dari bahan alam.
Pada Abad ke -6 M, Raja Alexander Tralles telah menganjurkan pemakaian Colchium autumnale sebagai obat untuk menghilangkan sakit sendi atau encok. Dan seiring perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata obat tersebut telah di adopsi oleh para ahli farmasi Amerika Serikat untuk dijadikan obat antiencok.
Salah satu penemuan terbesar di bidang farmasi terjadi pada abad ke-15. Masih dari wilayah Amerika Selatan, ditemukanlah Chincona(kina) sebagai bahan obat untuk mengendalikan wabah penyakit malaria.
Menurut catatan arkeolog, buku pertama yang memuat bahan obat atau ramuan obat ditulis pada tahun 2725 M dengan nama Sheng Nung. Dalam buku tersebut terdapat nama obat yaitu Chang Sang yang setelah diteliti, tak lain adalah tanaman Dichroa febrifuga, ramuan anti penyakit malaria. Selain itu, ada pula obat yang bernama Ma Huang yang dalam bahasa latin dikenal dengan Epheora sinica, sebagai bahan obat perangsang otak.
Kira-kira 1500 tahun SM, bangsa Mesir Kuno telah menemukan obat penguat jantung dari pohon Ebert papyrus, Pohon tersebut konon ditemukan oleh seorang ahli berkebangsaan Jerman, George Ebers.
Setelah itu, berbagai penemuan tanaman obat terus berlangsung di berbagai belahan dunia ini meskipun belum diteliti secara ilmiah.
Bangsa Indian di Amerika Selatan menggunakan jenis resin (sejenis getah) dari tanaman menjalar yang beracun yang disimpan pada ujung anak panahnya untuk berburu binatang atau menjaga diri dari serangan suku lain.
Contoh tumbuhan lain yang dulu biasa dipakai sebagai obat adalah Atropa belladonna. Atropa berarti benang, sementara belladonna berarti cantik. Dengan demikian, seorang wanita yang menggunakan bahan obat tersebut akan kelihatan lebih cantik karena menyebabkan pembesaran pupil mata.
Perkembangan selanjutnya terjadi di abad ke-3 SM. Papaver somniferum(getah buah papaver) dinyatakan oleh Raja Theofratus sebagai obat penahan nyeri.
Pada abad ke-1 M, Discorides, seorang ahli botani berhasil menyusun buku tentang berbagai khasiat macam-macam tumbuhan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah De Materica Medica, sebagai awal dari perkembangan farmasi di dunia.
Salah satu tokoh terkenal pada tahun 131-200 M, Galen telah membuat lebih dari 500 buku tentang berbagai obat yang berasal dari alam dan juga teknik mencampurnya. Itulah yang membuat Galen begitu terkenal di masanya, khususnya di bidang pengobatan dari bahan alam.
Pada Abad ke -6 M, Raja Alexander Tralles telah menganjurkan pemakaian Colchium autumnale sebagai obat untuk menghilangkan sakit sendi atau encok. Dan seiring perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata obat tersebut telah di adopsi oleh para ahli farmasi Amerika Serikat untuk dijadikan obat antiencok.
Salah satu penemuan terbesar di bidang farmasi terjadi pada abad ke-15. Masih dari wilayah Amerika Selatan, ditemukanlah Chincona(kina) sebagai bahan obat untuk mengendalikan wabah penyakit malaria.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !