Sepak
Bola merupakan olahraga baru bagi Bangsa Papua yang diperkenalkan oleh
para Zendeling lewat sekolah peradaban. Sejak tahun 1917 dibuka Sekolah
oleh zending di Kwawi, Joka, kabupaten Jayapura tahun 1946 dan ODO di
Serui tahun 1948. Anak-anak pribumi terus dididik agar menjadi generasi
yang berguna bagi kampung halamannya. Pada tahun 1925 DS Izaak Samuel
Kijne yang dikenal sebagai Rasul Bangsa Papua mengajar dan mendidik
anak-anak pribumi yang diseleksi dari dari kampung-kampung untuk di
sekolahkan menjadi guru di Miei Teluk Wondama. Dalam pendidikan guru
inilah embrio sepak bola modern lahir, dan salah satu putra Papua
pertama yang tercatat sebagai penjaga gawang pertama adalah Guru Gustaf
Adolf Lanta.
Miei
adalah tempat yang menjadi pusat sepak bola modern. Setelah tamat
guru-guru kembali ke Kampung halaman dan mendapat tempat tugas diseluruh
Tanah Papua, bola kaki adalah salah satu olah raga yang diperkenalkan
mereka. Selama pemerintahan Belanda, liga sepak bola hanya dijalankan
ditingkat lokal, khususnya di sekitar ibukota Hollandia/Jayapura.
Hollandia/Jayapura
adalah rumah bagi dua asosiasi sepak bola yang mengatur kompetisi
mereka sendiri, yaitu VHO (Voetbalbond Hollandia en Omstreken, didirikan
pada tahun 1950), yang pada awalnya dibatasi hanya untuk orang Eropa
dan keturunan mereka, dan VBH (Voetbal Obligasi Hollandia, didirikan
pada tahun 1949), di mana penduduk setempat memiliki tempat , namun di
tahun kemudian, Papua juga memperoleh akses bermain ke VHO. Sejak musim
1959, top-3 dari kedua federasi bergabung untuk membentuk suatu liga
tingkat atas terpadu (EDH, Ere Divisie Hollandia) di musim 1962.
VOETBAL BOND HOLLANDIA (VBH)
Sejak
tanggal 20 bulan Mei tahun 1956 di Hollandia-Nieuw Guinea (Kini
Jayapura Papua) telah terbentuk club sepak bola dan liga yang
terselenggara secara baik oleh pengurus, maka terjaringlah pemain-pemain
bertalenta dari beberapa club sepak bola di Hollandia saat itu, antara
lain : Karel Pahalerang (C) dari Club Ajapo I Sentani; Lamberth Rumbiak,
dari Club DVG (Dienst van Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia);
Theo Daat dari Club MVV/PMS (Missie Voetbal Vereniging) Perhimpunan
Kesebelasan Misi Katolik; Zadrak Rumayom dari Club DVG (Dienst van
Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia); Darius Sokoy dari Club
Hobong Sentani; Zakeus Dwaa dari Club Pelikan (PMS & ST) Kotaraja;
Christian Suamburaro dari Club DVG (Dienst van Gezondheidzorg (Dinas
Kesehatan Hollandia); Dominggus Waweyai dari Club MVV/PMS (Missie
Voetbal Vereniging) Perhimpunan Kesebelasan Misi Katolik; Benyamin
Yocku, dari Club Pelikan (PMS & ST) Kotaraja; Jesaya Mandowen, dari
Club Perhubungan Sentani: Ayub Awi dari Club LON (Latihan Olahraga
Nafri); Jaconias Deda dari Club Ajapo I Sentani; Lewi Felle dari Club
Yobe Sentani dan Stevanus Epaa dari Club Ajapo I Sentani.
Setiap tahun manajemen VBH menyelenggarakan kompetisi secara professional di Stadion Sepak Bola Emereuw AB Nibi atau Ratu Juliana di Hollandia-Binnen (Kini Lapangan Trikora Abepura) oleh pengurus dengan disiplin, teliti dan tegas. Manajemen VBH pada saat itu, antara lain : Mr. S.A Abbas, Mr.Stobbe, Mr.Markus W. Kasiepo, Lodwijk Ajamiseba, Prins, Jan P. Wali Kalembulu, Wellem Inuri, Uria Olua, Derek Mauri, A.Rumpaisum dan Silas Mofu.
Setiap tahun manajemen VBH menyelenggarakan kompetisi secara professional di Stadion Sepak Bola Emereuw AB Nibi atau Ratu Juliana di Hollandia-Binnen (Kini Lapangan Trikora Abepura) oleh pengurus dengan disiplin, teliti dan tegas. Manajemen VBH pada saat itu, antara lain : Mr. S.A Abbas, Mr.Stobbe, Mr.Markus W. Kasiepo, Lodwijk Ajamiseba, Prins, Jan P. Wali Kalembulu, Wellem Inuri, Uria Olua, Derek Mauri, A.Rumpaisum dan Silas Mofu.
Kesebelasan Liga VBH
Liga VBH 1950-an dan awal 1960-an mencakup beberapa kesebelasan di Hollandia/Jayapura dan sekitarnya.
Klub-klub
tersebut adalah : KSM: Kami Suku Mebri (dari Sentani), Hollandia. LOS:
Latihan Olahraga Sentani, Hollandia. LON: Latihan Olahraga Nafri,
Hollandia. SPS: Serikat Pemuda Supiori (pemainnya adalah perantau dari
pulau Supiori, Biak yang tinggal di Jayapura). DVG . Juliana:
Kesebelasan OSIBA (Opleiding School voor Inheemse Bestuurs Ambtenaren:
Sekolah Pamong Praja untuk Orang Pribumi) di Hollandia Binnen. (Juliana
adalah nama Ratu Belanda yang memerintah pada zaman NNG dan sesudahnya.
Gedung OSIBA kemudian dipakai menjadi gedung olahraga Universitas Negeri
Cenderawasih, Jayapura.)
Sejak
terbentuknya VBH, manajemen telah memprogramkan Tour Eropa. Pada tahun
1961 sampai 1962, Voetbal Bond Hollandia (VBH) dinyatakan masuk Group
Sepak Bola Kawasan Pasifik. Pada tahun 1960, Voetbal Bond Hollandia
(VBH) bertanding melawan Team Sepak Bola Papua New Guinea (PNG) yang
datang ke Hollandia/Jayapura dalam rangka persiapan “Pasifik Games” di
Suva Fiji. Dalam pertandingan tersebut dimenangkan oleh VBH dengan skor
telak 6 – 1. Kekalahan ini kemudian membuat Team Sepak Bola PNG merasa
tidak puas dan mengundang VBH untuk bertanding di Port Moresby dalam
rangka mempringati 70 tahun Pemerintahan Australia di Papua New Guinea.
Dalam pertandingan ke PNG pun kembali lagi Voetbal Bond Hollandia menang
dengan skor telak 3 – 1.
Club VBH pada saat
itu disebut Club terkuat dan disegani dikawasan Pasifik, ucap Abbas yang
berdarah Yahudi. Club VBH saat itu melakukan pertandingam ujicoba ke
Suva-Fiji, kemudian ke Eropa dalam rangkaian mengikuti “Turnamen Piala
Eropa tahun 1964”. "Bila sukses di Eropa maka VBH menargetkan mengikuti
ajang Piala Dunia", demikian ucapan Abbas yang memotivasi para pemain
saat itu dengan kaptennya Karel Pehelerang.
Dalam
persiapan menghadapi Pasifik Games tahun 1963 di Suva-Fiji, manajemen
VBH mendatangkan Komisi Teknik Sepak Bola Ajax Amsterdam Belanda di
Hollandia Nieuw Guinea untuk melihat langsung kemampuan pemain secara
individu maupun team. Komisi Teknik Ajax Asterdam Belanda menilai bahwa
Voetbal Bond Hollandia (VBH) memiliki kemampuan pemain yang sangat baik
dan dari hasil pengamatan tersebut, beberapa club Sepak bola di Belanda
tertarik untuk mengontrak beberapa pemain, yakni Karel Pehelerang dan
Theo Daat ke Club Ajax Asterdam dan Dominggus Waweyai ke Club PSV
Eindhoven di Negeri Belanda, namun karena situasi politik pada saat itu
manajemen VBH (Mr.Abbas) mendapat kabar bahwa semua rencana gagal karena
suhu politik Belanda dan Indonesia semaking panas dan menegangkan
karena masalah “Tanah Nieuw Guinea” (West Papua) yang ditengahi oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa lewat United Nations Temporary Exsecutive
Authority (UNTEA).
"Berita ini sangat
memilukan manajemen dan pengurus Voetbal Bond Hollandia (VBH) terutama
hati para pemain", demikian ucapan captain Karel Pehelerang. Sekilas
terenangan VBH masa lalu zaman Belanda sejak terbentuknya 20 Mei 1956.
Mengenang Voetbal Bond Hollandia masa lampau berarti mengabdi kepada
Persipura untuk masa depan. “Wie is dat en Waar si het”?
Dari
uraian diatas kiranya dapat menjadi masukan kepada semua pihak yang
mencintai PERSIPURA sebagai pemersatu dan perekat yang hakiki.
Sebagaimana yang di katakan Bapak Ketua Umum Persipura Jayapura dapat
dibenarkan dengan memakai nama dari Kota Baru berubah menjadi
Soekarnopura dan terus mengalami perubahan nama pada bulan Oktober tahun
1965 menjadi Jayapura sehingga disingkat PERSIPURA (Persatuan Sepak
Bola Indonesia Jayapura). Apa yang dikatakan oleh Ketua Umum dibenarkan
oleh mantan kaptein Voetbal Bond Hollandia almarhum Karel Pehelerang.
Begitupun yang dikemukakan oleh Bapak Gasper Sibi dan Bapak Pdt Mesak
Koibur yang disebutkan dalam rapat tanggal 25 Mei 1965 di Mess GKI di
Tanah Papua APO Jayapura. Kepada semua pihak diharapkan dapat duduk
bersama dalam sebuah diskusi atau seminar untuk menyatukan persepsi.
Wahh tulisan yang sangat menarik mengenai sejarah sepak bola di Tanah Papua. Dari klub sampai tokoh-tokoh sepakbolanya. Satu pertanyaan saya, mengapa dalam tulisan ini tidak menyebutkan nama Daniel Hanasbei - Hanasbey - Hanasby. Padahal dia merupakan salah satu bakat sepak bola dari sana. Saya kebetulan membuat tulisan tentang dia di sepakbolabelanda dot com. Terima Kasih, Eka Tanjung
BalasHapus