Hikmah Devide Et Impera Belanda dan Kemerdekaan RI - DOGIMAUW,NEWS
Headlines News :
SELAMAT DATANG DIDOGIMAUW,NEWS......JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR ANDA...!!!
Home » » Hikmah Devide Et Impera Belanda dan Kemerdekaan RI

Hikmah Devide Et Impera Belanda dan Kemerdekaan RI

Written By Unknown on Rabu, 19 Juni 2013 | 00.42

Sejarah adalah guru bijak.  Sepantasnya, kita jadikan sejarah sebagai cerminan bagi arah hidup kita ke depan agar kita tidak terjebak dalam kesalahan yang sama. Kini, kita akan mengulas kembali dan berusaha mencari hikmah dari penerapan politik devide et impera Belanda, sampai pada Kemerdekaan Indonesia.

Politik pecah belah atau politik adu domba [devide et impera] adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat, dan mengadu domba kelompok-kelompok tersebut agar semakin lemah.
Ada unsur-unsur yang dijadikan teknik dalam politik ini.
Pertama, menciptakan atau mendorong perpecahan dalam masyarakat untuk mencegah aliansi yang bisa menentang kekuasaan berdaulat.
Segala bentuk ketidakadilan, dan pelecehan terhaddap hak-hak dasar manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas dalam suku, suku bangsa, dan bangsa dalam suatu wilayah atau kawasan tentunya akan ditentang. Namun, seperti adatnya dunia penjajah dan penguasa, mereka akan berusaha menekan, menginjak-injak, dan berusaha membungkam aspirasi dan suara kaum terjajah dan kaum yang dirugikan tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menciptakan dan berusaha mengondisikan suasana agar terjadi perpecahan dalam masyarakat terjajah dan yang dirugikan tersebut, agar tidak terjadi persatuan (aliansi) yang menentang mereka, para menguasa dan penjajah.
Beberapa cara yang termaktub dalam poin ini, antara lain: (1) Menyebar isu bohong untuk memecah belah pemimpin atau tokoh pemersatu dan tokoh perjuangan. Penguasa dan penjajah biasanya menggunakan media masa (pers) dan kekuatan intelijen yang menyusup masuk ke dalam tubuh organisasi, menguasai tempat strategis, dan mulai menggiring dari dalam, baik para pemimpin atau organisasi, juga menciptakan suasana yang akhirnya memicu perpecahan antar pemimpin. Tentunya hal ini dibuat agar para pemimpin tidak bersatu, terpecah belah, dan akhirnya berjalan sendiri sendiri, sehingga memudahkan penguasa atau penjajah mematahkan perjuangan itu. (2) memengaruhi orang-orang dari kaum terjajah, dan ‘menyuci otak’ mereka, agar menjadi kelompok tandingan daripada kelompok utama yang murni berjuang.
Kedua, membantu dan mempromosikan mereka yang bersedia untuk bekerjasama dengan kekuasaan yang berdaulat.
Penguasa dan penjajah akan berusaha mencari, memengaruhi, bila perlu mengiming-imingi tokoh dan masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu, agar bersedia menjadi wadah atau tokoh ‘tandingan’ kelompok dan atau tokoh utama yang berjuang membela hak mereka.
Penguasa dan penjajah biasanya menggunakan media massa sebagai saluran utama pembentukan opini publik, dan mempropagandakan bahwa sesungguhnya terjadi perpecahan dalam masyarakat terjajah itu sendiri, bahwa hanya segelintir orang yang tidak menyukai adanya penguasa, karena kepentingan tertentu yang diusung mereka. Penjajah atau penguasa akan membesar-besarkan, mengagung-agungkan, dan di pihak lainnya, penjajah berusaha menjatuhkan kelompok perjuangan utama, agar semangat mereka padam, juga agar terjadi permusuhan antara kelompok utama tadi, dengan kelompok binaan.
Ketika permusuhan itu muncul, dan sampai pada konflik antar kelompok, penjajah atau penguasa akan merasa senang, karena mereka berhasil. Ketika terjadi demikian, pintu masuk penguasa dan penjajah telah terbuka. Mereka dapat melakukan beberapa tindakan, yakni: menangkap pimpinan kelompok utama, dengan alasan memicu konflik antar kelompok, dengan dalih menciptakan keamanan dan ketertiban umum. Mereka juga sekaligus dapat ‘mengamankan’ beberapa penggerak atau ‘otak’ kelompok perjuangan, memanfaatkan situasi yang kacau tersebut. Penjajah dan penguasa akan menggunakan tameng hukum, penciptaaan keamanana negara, dll sebagai pelindung kejahatan terselubung mereka.
Ketiga, mendorong ketidakpercayaan dan permusuhan antar masyarakat.
Saling percaya antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpin dalam satu barisan perjuangan adalah kunci dari terjadinya persatuan. Dengan adanya persatuan, kekuatan menjadi padu, dan hal mustahil dapat terjadi. Ini selalu menjadi catatan penting dari penjajah dan penguasa yang cenderung menutupi kebusukan mereka.
Ketika politik pecah belah diimplementasikan, para penjajah dan penguasa juga akan terus berusaha merusak citra pemimpin tokoh perjuangan dan arah organisasi perjuangan melalui media massa, agar publik, terutama masyarakat pengikutnya tidak mempercayai arah perjuangan dan kemurnian idealisme perjuangannya. Ketika itu berhasil terjadi, maka perpecahan dalam tubuh organisasi tersebut, baik antar pengurus maupun pengurus dengan masyarakat pendukung tak dapat terhindarkan. Itu pasti. Dan memang seperti itulah yang diinginkan penjajah dan penguasa, agar perlawanan padam, dan mereka melanjutkan penjajahan.
Dalam situasi dan kondisi di atas, penjajah akan segera memanfaatkan ruang dan waktu yang mereka punyai untuk membesarkan tokoh tandingan ‘piaraan’ mereka, yang berbicara sama panasnya dengan pemimpin utama itu dan organisasinya. Tujuannya satu, agar pemimpin dan organissasi utama tadi semakin tidak dipercayai, dan semakin melemah. Juga untuk mengganggu konsentrasi organisasi dan atau pemimpin organisasi perjuangan utama.
Keempat, sistem represif dan pengkrimminalisasian gerakan.
Dalam semua waktu dan kesempatan yang ada, yang penting ada celah untuk masuk, dan memungkinkan tindakan mereka dapat terlindungi tameng hukum, penjajah dan penguasa tidak akan segan-segan ‘mengamankan’ orang-orang yang dianggap berbahaya.
Label separatis, pengacau keamanan, teroris, dan sederet stigma lainnya dari dahulu telah lazim digunakan penjajah terhadap tokoh dan atau masyarakat terjajah. Semuanya bertujuan membentuk opini publik, bahwa gerakan masyarakat terjajah itu bukan menuntut hak karena hak mereka diabaikan dan malah dirampas, malainkan menutupi itu dengan mengatakan kepada publik, bahwa yang terjadi adalah gejolak yang ditimbulkan segelintir orang yang mengacaukan keamanan.
Kelima, penguasaan media massa.
Dalam sejarah kolonialisasi, penjajahan dan imperialisme global, media massa sangat berperan penting. Umumnya, media massa berpengaruh dan ternama itu telah berada dalam genggaman penguasa dan menjajah, dan menyuarakan kebaikan penjajah dan menguasa, dan menyembunyikan kebengisan mereka. Pada tingkatan ini, media massa yang dianggap ‘keras dan jujur’ dalam pemberitaannya akan dibrendel. Media massa luar akan dilarang meliput, atau melakukan kegiatan kewartawanan lainnya di wilayah penjajahan. Tujuannya agar apa yang terjadi tidak diketahui orang luar.
Beberapa hal yang berkenaan dengan media masa yang dituju penjajah antara lain: (1) Membentuk opini publik dengan fakta dan opini bohong. Tujuannya agar tangisan, derita, tindakan repsesif penguasa dan penjajah, serta pelanggaran HAM dan beberapa penyelewengan terhadap hak-hak dasar tidak terdengar oleh mereka yang memunyai kuasa di luar sana, agar mereka tidak bersimpati pada perjuangan mereka.
(2) Sebagai media propaganda, dan media stigmatisasi. Dimana para pemimpin perjuangan dilabeli separais, pengacau keamanan, teroris, dll. Sehingga mereka dapat ‘mengamankan’ para pemimpin masyarakat terjajah menggunakan stigma di atas sebagai pelicin ‘pengamanan’ terhadap para pemimpin masyarakat terjajah tersebut dengan berpegang pada hukum karet mereka, penguasa dan penjajah.
(3) Sebagai media adu domba. Melalui medialah para pemimpin ditelanjangi, setelah ditambahi ‘bumbu penyedap’ dan ‘gelar-gelar’ sehingga citra mereka jatuh di hadapan masyarakat mereka. Tujuannya agar kepercayaan masyarakat menurun terhadapa pimpinan atau organisasi mereka. Juga digunakan untuk mengadu domba organisasi gerakan yang satu dengan organisasi gerakan lainnya, dengan cara yang berfariasi, tetapi dalam bentuk yang sama.
Keenam, mendorong konsumerisme yang berkemampuan untuk melemahkan biaya politik dan militer.
Titik Bangkit = Persatuan
Lihat Indonesia sebagai contoh. Mereka dijajah dan diadu domba Belanda. Rakyat Indonesia lebih banyak dari jumlah penjajah itu masih tetap dijajah Belanda. Itulah dasyatnya politik adu domba, devide et impera Belanda, sehingga selama 350 tahun lebih, Indonesia dijajah Belanda.
Bangkitnya Indonesia yang sesungguhnya adalah ketika para pemuda Indonesia bersatu, dan melakukan koalisi bersama, yang kita kenal sekarang, Kongres Pemuda Indonesia I dan Kongres Pemuda Indonesia II. Di sanalah, para pemuda Indonesia –tanpa perwakilan Papua ketika itu- sadar, bahwa mereka dijajah, dan bersatu. Mereka bersumpah bersama, dan semangat sumpah pemuda itu mempersatukan langkah perjuangan mereka, sehingga tak lama kemudian, Indonesia merdeka, bebas dari belenggu penjajahan.
Momentum Pas
Momentum atau waktu yang pas sangat penting diperhatikan. Indonesia merdeka dan dapat dipertahankan hingga kini karena telah memproklamirkan diri pada saat yang pas. Ketika itu, Jepang panik karena baru saja bom atom meluluhlantakkan dua kota vital mereka, Hiroshima dan Nagasaki. Indonesia merdeka saat Jepang telah menyerah tanpa syarakt kepada Sekutu, dan tidak dapat berbuat apa apa lagi.
Mereka juga memproklamirkan diri, ketika saat itu, semangat rakyat untuk merdeka telah dibangkitkan kaum muda Indonesia zaman itu. Kesadaran akan pentingnya kemerdekaan telah ada pada masyarakat. Sehingga mereka dengan segenap daya upaya mempertahankan negara yang telah mereka deklarasikan (republik mereka yang baru berdiri).
Hikmahnya
Persatuan sangatlah penting dalam memperjuangkan sesuatu demi kepentingan banyak orang. Perlu ada media untuk penyatuan semua aspirasi dan pandangan. Perlu peleburan ke dalam satu wadah. Perlu peleburan dan penataan organisasi perjuangan. Perlu waspada terus menerus dengan bahaya politik adu domba.
Tambah lagi, perlu ada sosialisasi dan penanaman pandangan akan seberapa pentingnya bagi mereka (masyarakat) dan masa depan mereka, tujuan yang ingin mereka capai itu. Perlu sebuah momentum untuk bangkit, dan berani untuk menentukan apa yang dijuangkan. Dan, segenap rakyat harus mendukungnya. Intinya semua kekuatan harus jadi satu!

*) Aktivis Tinggal di Jakarta. Dari berbagai sumber.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translate

English French German Spain Russian Japanese Arabic Chinese Simplified

Recent Post

Popular Posts

TOTAL KUNJUNGAN

Flag Counter
 
Support : Creating Website | DOGIMAUW | BIDABY
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DOGIMAUW,NEWS - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by TEBAI-BOOH