Pages

Senin, 29 April 2013

ASAL USUL DAN SEJARAH KRISTEN

Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi  bernama  Yesus,yang  lahir  di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulanDesember  tahun  pertama  era Kristen yaitu, tahun 1 M, akantetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini  salah.  Dalamcatatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat diantaranya  terdapat  dalam  perjanjian  baru  yang   ditulis Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dialahir selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan Romawi   melaksanakan   sensus   penduduk.  Kerajaan  Romawi melaksanakan  sensus  penduduk  empat  belas  tahun  sekali.
Sensus  pertama  berlangsung  tahun  6  M; ini berarti bahwasensus sebelumnya dimulai tahun 8  SM,  selama  pemerintahanKaisar  Augustus  dan  tanah  Judea diperõntah Kerenius yangdapat kita baca dalam Lukas 2:1-5.  Kita  juga  diberi  tahutentang  bintang  yang  menuntun orang Majus ke tempat Yesusberada,  dan  astronom  Keppler,  menghitung  bahwa   timbulkonjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun 7 SM yang menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terangbenderang.
 Semua  data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesuslahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat  menentangpendapat  bahwa  Yesus  lahir  bulan  Desembers karena dalam Injil Lukas terdapat gembala yang  menggembalakan  ternaknya pada  malam  hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin dan turun sadju, jadi saat kelahiran itu  pastilah  di  luar
musim dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah  musim  semõ  atau musim rontok.
Penganut  ajaran  Kristen  percaya  bahwa  ibu  Yesus, yakni Maria, melahirkan Yesus  dalam  keadaan  masih  perawan  dan belum  bersetubuh dengan suaminya yaitu Yusuf. Anak tersebut lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh kudus. Kaum Katolik bahkan   berkeyakinan  bahwa  Maria  tetap  perawan  setelah kelahiran Yesus. Saudara laki-laki dan perempuan Yesus  yang disebutkan  dalam  Markus  6:1-6 adalah anak-anak Yusuf dari
perkawinannya yang terdahulu.
Tidak  banyak  yang  kita  ketahui  tentang  Yesus  di  masa kanak-kanak;   kisahnya   mulai   banyak  diungkapkan  untuk perjalanan  hidupnya  setelah  berusia   tigapuluhan,   saat dibaptis   oleh   Yahya.  Yahya  membaptis  manusia  sebagai persiapan mereka untuk menerima kedatangan  "juru  selamat;" pada  waktu Yesus datang, dia menolak membaptis Yesus dengan menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus,  bahkan sebaliknya  dialah  yang  pantas dibaptis. Namun Yesus tetap meminta  Yahya  membaptis  dirinya;  setelah  dibaptis   dia mengasingkan  diri  selama  40  hari  dan  memikirkan  "juru selamat" yang  bagaimanakah  sebenarnya.  Selama  itu  iblis menggoda  dia,  membujuk  Yesus  agar  menjadi pahlawan bagi bangsa Yahudi, atau  memenangkan  dukungan  bangsanya  lewat
perbuatan  kegaiban  atau  dengan memenuhi kepuasan material bangsa Yahudi. Yesus menolak godaan ini,  karena  Dia  sadar bahwa  Dia haruslah "juru selamat" yang menderita, yang akan mati demi bangsanya.
Setelah meninggalkan gurun,  dia  memilih  dua  belas  orang sebagai  teman dan muridnya. Murid-murid ini mempunyai latar belakang yang beragam: Petrus dan Andreas adalah  bersaudara dan nelayan miskin; Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah nelayan juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi)  adalah pengumpul  pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada anggota kelompok Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang
pada  akhirnya  mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada musuhnya. Dari kedua belas muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya merupakan teman Yesus yang paling dekat.
Dalam  Markus  6:1-6  Yesus  disebut "tukang kayu," dan dari sini diasumsikan bahwa sebelum  terkenal,  Yesus  meneruskan profesi  ayahnya  sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui latar belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh pendidikan  dari  cendekiawan  monastik  Yahudi,  yakni kaum Essenes, yang ajarannya banyak mirip dengan ajaran  Kristen.
Namun  dari  kitab-kitab  Injil  dapat  kita lihat bahwa dia adalah manusia yang cerdas, arif dan penuh humor.  Ajarannya dia sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek yang mengandung makna mendalam.  Teknik  pengajaran  seperti inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap makna   lewat   kisah-kisah   pendek   dibandingkan    lewat kisah-kisah panjang, atau lewat diskusi formal yang panjang.
Kisah-kisah atau  perumpamaan  Yesus  adalah  sederhana  dan langsung kena, kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan tetapi,  dia  juga  menggunakan  kotbah,  dan  kotbah   yang terkenal  adalah  kotbah  bukit  (kotbah  ini  bukanlah satu kotbah panjang, melainkan adalah intisari yang diambil  dari ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).
Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan banyak penyakit  dan  bahkan  menghidupkan  kembali   orang   mati.
Perlahan-lahan  namanya  termasyhur  ke  seluruh  negeri dan orang  mulai  berbisik-bisik  mempersoalkan  siapakah   dia. Pertama kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang telah lama dinanti-nantikan di  Caesarea  Phillippi.  Setelah  dia menanyakan   kepada   murid-muridnya  tentang  siapakah  dia disebut khalayak ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di mata  para muridnya? Petrus, yang merupakan orang pemberani, menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak  itu  Yesus mulai  memperkenalkan ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya kepada kedua belas muridnya  tentang  tujuan  kedatangannya.
Lalu  dia  diberi  nama  Kristus  yang  berarti  "orang yang diurapi." Segera setelah pengakuan oleh Petrus  tentang  dia (Yesus)  sebagai  "juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya dan Yacob ke suatu bukit, di mana pakaian  dan  wajah  Yesus menjadi  bercahaya  putih mengkilap dan dia berkomune dengan Nabi Elisa dan Musa.  Peristiwa  ini  disebut  Transfigurasi (perubahan tubuh). Namun  selama  tiga  tahun  misi  Yesus,  tantangan terhadap ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi  dan  Saduki.
Kaum  Saduki  adalah  kelompok  kecil aristokrat yang sangat berpengaruh  yang  mengaku   sebagai   keturunan   Sulaiman. Kelompok  Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani ingin menanamkan pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang sangat  menentang  pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok ini, dengan alasan yang berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi menolak  karena  ajaran-ajaran  Yesus  menentang  sikap kaum Parisi. Kita tahu orang Yahudi sangat berpegang erat  kepada 10  perintah Allah, sementara Yesus memperbaharui penafsiran tentang   makna   kesepuluh   perintah   tersebut.    Selama bertahun-tahun   hukum  itu  berubah  menjadi  doktrin  yang mendasari ajaran Yudaisme, yang  menjadi  dasar  bagi  orang Yahudi  untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan orang Parisi, tradisi  lebih  penting  daripada  hukum,  dan Yesus  sangat lantang menentang sikap orang Parisi ini. Kaum Saduki menentang Yesus karena  mereka  bekerja  sama  dengan bangsa  Romawi, dan karena itu mereka sangat berpengaruh dan menikmati  hak-hak  istimewa.  Mereka  khawatir  Yesus  bisa menimbulkan   kesulitan  yang  berakhir  pada  situasi  yang mengancam pada prestise dan kekuasaan mereka.
Setelah kira-kira  tiga  tahun,  Yesus  pergi  ke  Yerusalem menunggang  keledai  dan disambut sebagai pembebas dan "juru selamat," karena saat itu bertepatan  dengan  berlangsungnya pesta  paskah  dan  Yerusalem  dipadati oleh banyak manusia. Paskah adalah  hari  yang  ditunggu-tunggu  bagi  kedatangan "juru  selamat"  bangsa  Yahudi, sehingga suasana saat Yesmemasuki kota amatlah eksplosif.  Lalu  dia  masuk  ke  Bait Allah   dan  mengusir  semua  pedagang,  pembunga  uang  dan orang-orang lain  yang  dia  anggap  mengotori  tempat  suci tersebut.  Penduduk  menunggu  tindakannya yang selanjutnya,
yakni  hal  mengumumkan  dirinya  sebagai  Raja  yang   akan mengusir    penjajah    Romawi;    namun    tindakan    yang ditunggu-tunggu itu tidak pernah  muncul.  Sebaliknya  Yesus mengadakan  perjamuan  dengan murid-muridnya, yang dinamakan perjamuan   terakhir   (sebagian   cendekiawan   menyebutnya perjamuan paskah), sesudah itu dia pergi ke Taman Getsemane.
Di sana dia  ditangkap  serdadu  yang  dipimpin  oleh  Yudas Iskariot. Pertama  kali  setelah  ditangkap, Yesus diajukan ke hadapan para imam dan dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar dalam   hukum   Yahudi,  namun  karena  mereka  tidak  dapat menjatuhkan hukuman mati, keputusan  mereka  harus  disahkan oleh penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa, Pontius  Pilatus,  dan   dituduh   melakukan   pemberontakan
subversi   dan   menghindari   pajak;  Pilatus  tidak  ingin menghukum  orang  yang  tidak  bersalah,  namun   disebabkan tekanan  para  imam  dan  amarah  bangsa Yahudi -yang merasa tertipu kalau Yesus  tidak  memperlihatkan  dirinya  sebagai "juru selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam peperangan- dia terpaksa membuat keputusan yang tidak  menyenangkan  dan Yesus  dihukum  dengan penyaliban. Putusan itu dilaksanakan,
dan Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam  di kayu salib.
Akan  tetapi,  bagi  Gereja  Kristen,  itu  bukanlah  akhir, melainkan adalah awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari kematian  (tiga  hari  berdasarkan perhitungan Yahudi -Yesus
meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu).  Para  wanita yang  pergi  ke makamnya pada Minggu pagi menemukan makamnya sudah kosong,  namun  pakaiannya  masih  terlipat  di  dalam kubur.  Kemudian  Yesus  sendiri  menampakkan dirinya kepada mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu kepada   murid-murid   Yesus   yang   sebelumnya   meragukan kebangkitan Yesus; namun kemudian  mempercayainya.  Beberapa
saat   kemudian   Yesus  mengajak  mereka  ke  suatu  bukit, memberkati mereka lalu mereka terangkat ke  surga.  Semenjak itu Yesus tidak pernah menampakkan diri lagi di bumi ini.
Sementara   itu  murid-murid  Yesus  tidak  bisa  menentukan langkah-langkah   mereka   seterusnya.   Namun   pada   hari Pantekosta,  pada  saat mereka semua berkumpul di Yerusalem, Roh Kudus turun dari surga dan  hinggap  pada  masing-masing mereka.  Sejak  itu  mereka  diubahkan, tidak lagi cemas dan takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani  yang menjelajahi  dunia  ini  untuk  menyampaikan  kabar  gembira tentang Tuhan Yesus Kristus. Pada  awalnya  mereka  berharap Yesus  segera  muncul  kembali,  namun hal itu tidak terjadi demikian.
Iman  baru  ini  segera  menyebar  di  seluruh  dunia  lama. Hebatnya,  misi  penyebaran  Injil  yang  paling spektakuler bukanlah oleh salah satu murid Yesus melainkan  adalah  oleh
Saul  (Paulus)  dari  Tarsus, yang mengalami pertobatan pada saat dia  dalam  perjalanan  ke  Damascus  untuk  menangkapi orang-orang  Kristen;  sebagai  hasil  pertobatan  ini,  dia
banyak melakukan perjalanan untuk pekabaran Injil, mengalami penderitaan  yang berat, bahkan mati martir demi imannya Dia menuliskan banyak surat nasihat dan  penguatan  iman  kepada gereja-gereja  baru  yang  dia  dirikan, dan dokumen-dokumen ini, yang terdapat dalam  PerjanJian  Baru,  sangat  penting karena  merupakan  salah  satu  tulisan Kristen pertama yang kita miliki.
Pada tahun-tahun awal tersebut, ajaran baru ini masih dianut orang   Yahudi,   namun   ternyata  agama  baru  ini  segera menghilang dari antara orang-orang Yahudi  dan  dianut  oleh orang-orang  di  luar Yahudi. Pemisahan antara ajaran Yahudi dan Kristen mulai nyata dan akhirnya tak dapat  dihindarkan; para  penganut  Kristen tidak lagi merayakan hari-hari besar Yahudi serta tidak mempertahankan tradisi dan budaya Yahudi. Pemisahan  ini  diakui pada Dewan Yerusalem pada tahun 48 M, pada   saat   pembatasan-pembatasan    Yudaistis    terhadap orang-orang Kristen yang bukan Yahudi diberlakukan.
Mula-mula  dengan  enggan  diberi  toleransi  oleh  Kerajaan Romawi, faham Kristen di bawah masa pemerintahan Kaisar Nero yang   sangat   membenci   ajaran   Kristen.  Nero  berusaha memojokkan orang  Kristen  dengan  menuduh  bahwa  kebakaran besar  kota Roma disebabkan oleh orang Kristen (64 M), serta membunuh  orang-orang  Kristen,  di  antaranya  Petrus   dan Paulus.  Banyak  orang  Kristen  berkeyakinan  bahwa  dengan kematian rasul-rasul  ini,  dan  kematian  orang-orang  yang secara   pribadi  mengenai  Kristus,  perlu  dibuat  rekaman tertulis tentang kehidupan Kristus. Selama empat puluh tahun berikutnya  masih  banyak tulisan tentang Yesus, namun hanya empat di antaranya diakui dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi tindakan  pembunuhan  ini  bukanlah  yang  terakhir,  bahkan meningkat selama pemerintahan  Kaisar  Domitian  (81-96  M).
Selama dua ratus tahun ajaran Kristen merupakan doktrin yang ilegal hingga akhirnya Kaisar  Konstantin,  setelah  melihat cahaya   terang   di  malam  hari  sebelum  melakukan  suatu pertempuran, yang  meliputi  salib  dengan  tulisan  "dengan tanda  ini  kamu  ditaklukkan,"  memberikan hak legal kepada orang-orang Kristen pada tahun 313 M  dan  menjadikan  agama Kristen sebagai agama negara Kekaisaran Romawi.
Apa  yang  terjadi  kepada  gereja muda ini selama masa yang penuh kesulitan tersebut?  Tantangan  muncul  dari  berbagai arah, namun penyebarannya makin pesat. Walaupun pada mulanya Yerusalem  dianggap  sebagai   pusat   suci,   namun   sikap permusuhan   yang   diperlihatkan  orang-orang  Yahudi  yang menguasai  Yerusalem  mendorong  pemindahan  pusat  Kristen; mula-mula  ke  Antiokia,  bergeser  ke  Roma. Selama periode Konstantine, Agama Kristen makin kuat dan melembaga.
Salah satu masalah  pertama  yang  harus  dipecahkan  adalah masalah  Trinitas,  keyakinan umat Kristen akan Bapak, Anak, dan Roh Kudus, yang pada hakikatnya identik  namun  terpisah satu  sama lain. Banyak pendapat yang berbeda diajukan untuk menjawab masalah Trinitas, dan tahun 325 Konstantin  meminta Dewan  Pertama  Nicaea  untuk  membahas  masalah  ini dengan saksama, yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa  Kristus diciptakan  Tuhan untuk membantu dalam penciptaan dunia ini, dan menerima status ketuhanan dari Tuhan,  jadi  tidak  sama esensinya  dengan  Tuhan.  Status ketuhanannya dapat dicabut Tuhan. Dewan ini melahirkan Nicene Creed suatu  bentuk  yang digunakan hingga dewasa ini dan mencakup kata-kata:
  - Kami percaya akan satu Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa,
    pencipta langit dan bumi, yang kelihatan maupun yang
    tidak kelihatan.
  - Kami percaya akan Yesus Kristus, anak tunggal Allah,
    yang diturunkan oleh Allah Bapak, bukan diciptakan,
    yang satu dengan Allah Bapak.
  - Kami percaya akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi kehidupan,
    yang diturunkan dari Allah Bapak dan anak.

Lalu gereja dihadapkan dengan sekumpulan  masalah,  terutama masalah  intern.  Romawi  Barat  dan  Timur  mulai  terpisah semakin jauh dan akhirnya benar-benar terpisah. Memang sebab pemisahan  ini  bukan hanya hal di atas, karena masih banyak titik-titik perpecahan antara Barat dan Timur.  Dibandingkan dengan   Kristen   Barat,  Kristen  Timur  lebih  menekankan ikon-ikon. Ikon merupakan gambar flat pada kayu, gading atau bahan-bahan  lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan Maria, atau orang suci yang lain dan melembaga dalam Gereja Yunani. Selama  abad  kedelapan,  ikon-ikon dilarang oleh Kaisar Leo III, namun protes keras  menyebabkan  larangan  ini  dicabut pada  Sidang  Umum  ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun 787. Ini tampaknya merupakan kemenangan Gereja Timur.  Namun perpecahan di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang tersebut dan masalah ini mengemuka  pada  abad  ke  11  pada waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan itu  adalah "dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh Kudus, Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan  dari  Allah Bapak  ."  Jadi,  Gereja-gereja Timur tidak menerima bahwa Roh Kudus diturunkan dari Allah Bapak  dan  Anak,  melainkan hanya  dari Allah Bapak. Tentang masalah ini Timur dan Barat sama sekali  tidak  mempunyai  titik  temu  dan  menimbulkan pemisahan   tahun   1054,   karena  wakil  Paus  menempatkan surat-surat  ekskomunikasi  pada   altar   St.   Sophia   di Konstantinopel.  Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka tetap  terpisah:  Gereja  Katolik  dipimpin oleh satu tampuk pimpinan  yang  disebut  Paus,  sementara  Gereja   Ortodoks menyerahkan   kepemimpinan   di   tangan  para  bishop  atau patriark; pandangan tentang Roh Kudus juga  berbeda,  Gereja Ortodoks  tetap  memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon dalam pemujaan, para pelayan gerejanya  dibolehkan  menikah, dan lain-lain.
Segera   kemudian,   yakni   tahun  1096,  Paus  Urbanus  II mengorganisasi Gereja Katolik ke  dalam  satu  pola  seragam yang  bertahan  selama  hampir  200  tahun  -tentara  salib.
Mula-mula  dibentuk  untuk  dua  tujuan,  yakni   mengurangi tekanan  Turki  atas  Kekaisaran  Timur  dan  untuk menjamin keamanan para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem, tentara salib  segera  mengalami  degradasi  cita-cita; mereka ingin membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Muslim.
Gereja  Katolik   tetap   berperan   penting   hingga   abad pertengahan.  Berpusat  di  Roma,  Paus  memegang  kekuasaan tertinggi, yang melampaui kekuasaan  raja  dan  ratu.  Namun
sejak  akhir  abad  keempat  belas mulailah timbul tantangan terhadap kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan reformasi  yang  dimulai  Lollards dan Hussites; gerakan ini
berubah menjadi ancaman  serius  terhadap  supremasi  Gereja Katolik  ketika  tahun  1617,  seorang  imam  bernama Martin Luther menentang keras penjualan surat  aflat  oleh  gereja.
Dia     lalu     menolak    supremasi    Paus,    menyangkal transubstantiation, serta mendorong  para  bangsawan  Jerman untuk  memberontak  dan  memisahkan  kekuasaan  mereka. Para
bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan  kontrol  oleh Gereja  dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan banyak di antara mereka segera bergabung dengan Martin Luther.Tindakan Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang didasari kepada doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai dengan jalan yang ditempuh  masing-masing  sekte.  Pandangan Luther  mendapat  formalisasi  dalam  Gereja  Lutheran  yang tumbuh subur  di  Jerman,  Skandinavia  dan  Amerika.  Namun Luther  pun  bertentangan  dengan  bekas sekutunya menentang Paus. Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli,  mengembangkan pandangan  Eukaristi  yang  menyebabkan  Luther  dan Zwingli berpisah. Pengaruh Reformasi menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang lain,  John Calvin, memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma tahun 1533. Pandangannya hampir sama  dengan  Luther,  namun dia  yakin  akan  adanya  karunia  tertentu  untuk  kelompok tertentu.  Pengikut  Calvin  menyebar  di   Jerman,   Negeri Belanda,   Skotlandia,   Swiss,   Amerika  Utara  dan  cukup berpengaruh di Inggris.
Inggris juga mengikuti anjuran para pembaharu  namun  dengan motif  yang  agak  berbeda. Tahun 1521 Raja Henry VIII telah mengeluarkan  suatu  traktat  yang  menyerang  Luther   yang menyebabkan  dia  mendapat  titel  'Pembela Iman" dari Paus. Akan tetapi Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne Boleyn   namun   sebelum   bisa  menikahi  Anne,  dia  harus menceraikan  Catherine  of  Aragon.  Sayangnya  Paus   tidak merestui    perceraian    itu    (Roma    dipengaruhi   oleh saudara-saudara Catherine yang ada di Spanyol,  negeri  asal
Catherine)  dan  Henry  terpaksa  mengabaikan kekuasaan Paus pada tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya sebagai  kepala Gereja  Inggris,  dan dapat membatalkan perkawinannya dengan Catherine.  Ajaran  "Tiga  puluh   sembilan   pasal,"   yang menyangkut  hal-hal  yang  kontroversial serta mengungkapkan bagaimana  kedudukan   Gereja   Inggris   mengenai   masalah perceraian   tersebut,   dikeluarkan   tahun   1571   selama pemerintahan Ratu Elizabeth I, anak perempuan Henry.  Gereja Inggris mengakui kerajaan sebagai kepala gereja, bukan Paus, juga  menolak  transubstantiation,  meniadakan  biara  serta menggantikan   bahasa  Latin  dengan  bahasa  Inggris  untuk dipakai di Gereja.
Tetapi reaksi terhadap Roma masih belum  mencapai  bentuknya yang  paling  ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George Fox, dari  Leicestershire  (Inggris),  mulai  menyebarkan  ajaran bahwa manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa melakukan suatu  'hiasan'  (upacara)  ritualis  yang  ditetapkan  oleh gereja-gereja  Katolik,  dan  bahwa gereja-gereja yang telah diperbaharui belum  cukup  jauh  melangkah  dalam  penolakan mereka  terhadap  upacara  dan  hierarki  gerejawi.  Seorang kristen, menurut George  Fox  tidak  membutuhkan  imam  atau pendeta/pastor,  dan juga tidak membutuhkan bait suci. Tidak ada  gunanya  ketujuh   sakramen   Gereja   Katolik;   tidak dibutuhkan   suatu   sakramen   apa   pun.  Fox  lalu  mulai menyebarkan ajarannya dan melakukan berbagai  perjalanan  ke daerah-daerah   pedalaman.  Pada  umumnya,  saat  berdirinya gerakan Fox ini dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat terjadinya  kebaktiannya  yang sangat berhasil untuk pertama kalinya. Pengikutnya disebut  "Quakers,"  atau  "Perkumpulan Sahabat-sahabat."   Sampai   sekarang   juga   mereka  tidak mempunyai bait suci kecuali rumah-rumah kebaktian, dan dalam kebaktian  mereka  tidak  ada  liturgy,  tetapi  sebaliknya, setiap orang dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka mempunyai  sesuatu  yang  bermanfaat untuk diutarakan, tanpa memperhatikan  atau  mempedulikan  berapa  usia   yang   mau berbicara tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.
Berbagai  perkembangan  baru  telah  terjadi di Inggris pada periode setelah Perang Saudara. Banyak  orang  merasa  tidak senang  dengan  penyatuan  gereja  dan negara yang dilakukan
oleh  Henry  VIII,  tetapi  selama   periode   persemakmuran (Commonwealth   period)  di  Inggris,  mereka  menjadi  lega melihat bahwa kedua hal tersebut (gereja dan  negara)  telah
dipisahkan  kembali.  Akan tetapi, dengan naiknya Charles II menjadi pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada tahun   1662   yang   memulihkan  status  quo  tersebut  dan memerintahkan  semua  pastor  untuk   menerima   "Buku   Doa Bersama." Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena itu disebut Non-Conformis) ketentuan-ketentuan Undang-undang ini  akan  dikeluarkan  dari Jemaah mereka dan dianiaya. Hal ini  berlangsung  sampai  dengan   keluarnya   Undang-undang Toleransi  pada  tahun  1689 yang memberikan mereka beberapa hak hukum (legal). Akibatnya, perkembangan Gereja Baptis dan Gereja   Reformasi  bersatu  mengalami  perkembangan  cepat. Gereja Baptis, yang didirikan oleh  John  Smith,  menganggap bahwa  pembaptisan  bayi  adalah  melawan  perintah Alkitab.
Hanya orang dewasa yang telah  mengerti  makna  sumpah  yang diucapkannyalah  yang  dapat  dibaptis.  Mereka juga mencoba untuk meyakinkan bahwa jemaat ikut  aktif  dalam  perjalanan Gereja,  dan  mencontoh  Kisah rasul-rasul dengan mengangkat deakonis dari antara jemaatnya (lihat Kisah  Rasul-Rasul  6: 1-6)   untuk   membantu   mengarahkan  dan  menuntun  gereja tersebut. Gereja Reformasi Bersama adalah suatu koalisi dari GereJa  Presbiterian  Inggris (yang dikembangkan dari ajaran Calvin) dan gereja-gereja  Jemaat  Inggris  dan  Wales  yang didasarkan  pada  ajaran-ajaran dari tokoh pembaharu lainnya
yang telah menyebarkan ajarannya pada  zaman  Calvin,  yakni Robert Browne (1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan mereka yang sangat sama, tetapi usaha-usaha untuk menyatukan kelompok-kelompok  ini  barulah  berhasil  pada  tahun  1972 dengan pembentukan Gereja Reformasi Bersatu.
Gereja Metodis pada mulanya adalah merupakan  suatu  gerakan dalam  Gereja  Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791), tetap menolak untuk  berpisah  dari  gereja  induknya.  Akan tetapi,  setelah  kematiannya, disadari bahwa Gereja Metodis tidak dapat lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris,  dan  lalu memisahkan  diri pada tahun 1795. John Wesley dan saudaranya Charles,  melalui  studi  mereka  yang  ketat  dan   metodis terhadap   InJil   (sehingga   mereka  disebut  dengan  nama Metodis), merasa bahwa keselamatan  diperoleh  hanya  karena kasih  dan  karunia Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau kebaikan manusia.
Menjelang akhir abad kesembilan belas,  ada  gelombang  atau kegairahan   lain  mengenai  perhatian  keagamaan.  Hal  ini sebagian  disebabkan  penemuan-penemuan  ilmiah  dalam  abad tersebut yang mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu itu telah diterima sebagai  kebenaran  religius  yang  tidak dapat dibantah (misalnya, mengenai taman firdaus dan masalah penciptaan).  Dalam  hal   ini,   reaksi   dari   Pencerahan (Enlightement)  dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan. Akibatnya adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan diri  dari  gereja  induk  mereka,  sebagaimana yang terjadi dalam  Reformasi   yang   memunculkan   gereja-gereja   yang diperbaharui  yang  memisahkan  diri  dari  iman Katolik.
Di Inggris, Bala Keselamatan berkembang sebagai suatu  kekuatan besar,  bukan  saja karena ketaatan beragamanya, tetapi juga karena   reformasi   dan   bantuan   sosialnya.   Di   bawah
kepemimpinan  William  Booth  (1829-1912),  Bala Keselamatan tersebut memisahkan diri dari  gereja  Metodis  dalam  tahun 1865  dan  membentuk  sendiri  suatu organisasi yang bergaya militer karena kelompok tersebut menganggap dirinya  sebagai laskar  perang  Tuhan  dan  memerangi  ketidakadilan sosial. Dibandingkan dengan kebanyakan sekte Gereja,  mereka  sangat sedikit  memperhatikan  sakramen,  walaupun  mereka menerima bahwa beberapa orang Kristen mungkin  melihat  sakramen  itu merupakan pertolongan dan bantuan.
Di   Amerika  juga  terjadi  suatu  gejolak  keagamaan  yang demikian. Pada tahun 1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus dari  Orang-orang  Suci  Hari Terakhir, dibentuk oleh Joseph Smith (1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu Tuhan, menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku Mormon, yakni yang merupakan  kitab  suci  penganut  Mormon. Pada    mulanya   ajaran   Mormon   ini   terlarang   karena
pandangan-pandangan  mereka  yang  menyimpang  dari   ajaran Kristen  dan  praktek  poligami  mereka,  tetapi  Mormon ini merayap ke seluruh Amerika dan akhirnya menetap di Salt Lake City, tempat markas mereka terletak hingga kini. Aliran  spiritual  mulai  ada  tahun  1848  ketika dua orang perempuan, yakni saudara  perempuan  Fox  yang  berumur  dua
belas  dan lima belas tahun, menyebabkan suatu kegemparan di antara, penduduk  kota  mereka,  Arcadia,  New  York  State, dengan  mengklaim  bahwa  mereka  telah  dapat berkomunikasi dengan  roh-roh.  Walaupun   ada   yang   menyatakan   bahwa suara-suara  gaduh tersebut adalah suara gabungan dari suara kedua anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk  kota tersebut)   berkumpul  sedemikian  banyak  mendukung  supaya
Gereja Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual yakin, selain   pada   pandangan-pandangan  Kristen  biasa,  bahwa, melalui mereka, nasihat dan tuntunan dapat diperoleh.
Advent  Hari  Ketujuh  juga  mulai  ada  di  Amerika,   yang membangun  reputasinya  dalam  tahun  1860,  dan setelah itu sekte ini cepat menyebar ke seluruh  dunia.  Berbeda  dengan
sekte-sekte  Kristen  lainnya,  mereka  membuat hari ketujuh sebagai Sabat (yaitu,  mereka  menjalankannya  seperti  yang dilakukan  oleh  orang  Yahudi,  dimulai  dari saat matahari
terbenam pada  hari  Jumat  sampai  matahari  terbenam  hari Sabtu).  Sama  seperti Gereja Baptis, mereka hanya membaptis orang-orang dewasa, dan juga  membuat  pembatasan-pembatasan mengenai  apa yang dapat dimakan dan diminum oleh jemaatnya. Misalnya, mereka  tidak  boleh  minum  alkohol  dan  memakan makanan kerang-kerangan.
Sebelum mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen lainnya harus disebut yakni: Christian Science,  Saksi  Jehova,  dan gerakan Pantekosta.
Christian  Science  didirikan oleh Mrs. Mary Baker Eddy pada tahun 1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya  realitas hanyalah pikiran dan semua yang lainnya adalah illusi. Oleh  karena itu penyakit jangan dirawat dengan obat, tetapi harus disembuhkan dengan mempraktekkan pemikiran yang benar. Saksi Jehova, yang didirikan oleh C.T. Russell, yakin  bahwa kedatangan  kedua  kalinya  Yesus serta akhir dunia ini akan
terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, dan bila  hal  itu terjadi  maka  hanya  suatu kelompok elit saja yang selamat, yaitu kelompok Saksi Jehova itu  sendiri.  Mereka  mempunyai Al-Kitab   dengan   terjemahan  mereka  sendiri  dan  mereka menyisihkan   banyak   waktu,   usaha,   dan   uang    untuk kegiatan-kegiatan missionaris.
Yang  terakhir,  yakni gerakan Pantekosta, yang bermula dari suatu missi di Los Angeles dalam tahun 1906  yang  dilakukan oleh  W.J.  Seymour,  mengajarkan bahwa setiap orang Kristen dapat mengalami kehadiran  Rohul  Kudus  dalam  diri  mereka sendiri  dan  menerima  hadiah-hadiah  roh.  Oleh karena itu kebaktian Pantekosta adalah merupakan  upacara  yang  sangat emosional,  di  mana  jemaatnya  menjadi dirasuki oleh Rohul
Kudus dan tampak  berbicara  dalam  lidah  (berbahasa  roh), sebagaimana  yang  dilakukan  oleh  murid-murid  Yesus  yang pertama. Walaupun gerakan Pantekosta telah mempunyai  gereja sendiri,   tetapi   gerakan   ini  telah  juga  mempengaruhi aspek-aspek lain dari Gereja  (Kristen),  dan  dalam  GereJa Katolik  gerakan  tersebut juga berpengaruh denganmunculnya
apa yang disebut  gerakan  Karismatik,  orang-orang  Katolik bermaksud menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara mendalam sekte-sekte Kristen, bahkan tulisan ini tidak menyebut semua sekte  yang  ada,  karena  ada  banyak  gerakan-gerakan  dan aliran-aliran pemikiran yang berbeda dalam  Gereja  Kristen. Penulis hanya mencoba untuk menempatkan dalam latar belakang historis dan teologis sekte yang paling menyebar.
SEJARAH GEREJA KATOLIK DI INDONESIA

Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku, Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis. Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.
Era VOC
Sejak kedatangan dan kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Indonesia tahun 1619 - 1799, akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia, Gereja Katolik dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang tidak termasuk VOC yaitu Flores dan Timor.
Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta Protestan dari Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu, seperti yang terjadi dengan komunitas-komunitas Katolik di Amboina.
Imam-imam Katolik diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah kekuasaan VOC. Pada 1624, Pastor Egidius d'Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, karena mengajar agama dan merayakan Misa Kudus di penjara.
Pastor A. de Rhodes, seorang Yesuit Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi hukuman berupa menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di bawah tiang gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A. de Rhodes diusir (1646).
Yoanes Kaspas Kratx, seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat Jesus dan meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.
Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Perancis dan Britania Raya bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang Belanda terbagi, ada yang memihak Perancis dan sebagian lagi memihak Britania, sampai negeri Belanda kehilangan kedaulatannya. Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijk atau Louis Napoleon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799 VOC bangkrut dan dinyatakan bubar.
Era Hindia-Belanda
Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah. Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia (lihat: Sejarah Gereja Katedral Jakarta)
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan pemerintah Hindia Belanda. Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat itu agak dipersukar. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini membaik, di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891.
Van Lith
Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada tanggal 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 178 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak di antara dua batang pohon Sono. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.
Romo van Lith juga mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normaalschool pada tahun 1900 dan Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) pada tahun 1904. Pada tahun 1918 sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu Yayasan Kanisius. Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.
Pada 1911 Van Lith mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon generasi pertama dari tahun 1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1926 dan 1928, yaitu Romo F.X.Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Alb. Soegijapranata, SJ.
Era Perjuangan Kemerdekaan
Albertus Soegijapranata menjadi Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun 1940.
Tanggal 20 Desember 1948 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II. Romo Sandjaja dikenal sebagai martir pribumi dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Mgr. Soegijapranata bersama Uskup Willekens SJ menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus.
Banyak di antara pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti Adisucipto, Agustinus (1947), Ignatius Slamet Riyadi (1945) dan Yos Sudarso (1961).



Era Kemerdekaan
Kardinal pertama di Indonesia adalah Yustinus Kardinal Darmojuwono diangkat pada tanggal 29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan Gereja Katolik dunia. Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).
Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989 Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan (Sumatera Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan DIY), Maumere (Flores) dan Dili (Timor Timur).

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN & KRISTEN KATOLIK


Kristen Protestanberkembang di Indonesia selama masa kolonialBelanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengansukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan paramisionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah baratPapua dan lebih sedikit di kepulauanSunda. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan,orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dankarenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warga negara.

Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota, sebagian besar darimereka merasa gelisah atas cita-cita politik partai

Islam.Protestanmembentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah.Sebagai contoh, di pulauSulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan, terutama diTana Toraja,Sulawesi TengahdanSulawesi Utara.Sekitar 65% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah, keseluruhandesaataukampungmemiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, sepertiAdventistatauBala Keselamatan, tergantung pada keberhasilan aktivitas para misionaris.

Di Indonesia, terdapat dua propinsi yang mayoritas penduduknya adalahProtestan, yaituPapuadanSulawesi Utara, dengan 60% dan 64% dari jumlah penduduk. Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli. DiSulawesi Utara, kaumMinahasayang berpusat di sekelilingManado, berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-19. Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli SulawesiUtara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau JawadanMadurayang beragama Islam juga mulai berdatangan. Pada tahun2006, lima persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar