Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi bernama
Yesus,yang lahir di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga
4SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulanDesember tahun
pertama era Kristen yaitu, tahun
1 M, akantetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini salah.
Dalamcatatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat
diantaranya terdapat dalam
perjanjian baru yang
ditulis Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dialahir
selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan Romawi melaksanakan sensus
penduduk. Kerajaan Romawi melaksanakan sensus
penduduk empat belas
tahun sekali.
Sensus
pertama berlangsung tahun
6 M; ini berarti bahwasensus
sebelumnya dimulai tahun 8 SM, selama
pemerintahanKaisar Augustus dan
tanah Judea diperõntah Kerenius
yangdapat kita baca dalam Lukas 2:1-5.
Kita juga diberi
tahutentang bintang yang
menuntun orang Majus ke tempat Yesusberada, dan
astronom Keppler, menghitung
bahwa timbulkonjungsi antara
Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun 7 SM yang menampakkan kesan sebagai
bintang baru yang terangbenderang.
Semua data ini mendukung kesimpulan bahwa
Yesuslahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat menentangpendapat bahwa
Yesus lahir bulan
Desembers karena dalam Injil Lukas terdapat gembala yang menggembalakan ternaknya pada malam
hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin dan turun sadju, jadi
saat kelahiran itu pastilah di luar
musim dingin karena para gembala tidak akan keluar
pada saat tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah musim
semõ atau musim rontok.
Penganut
ajaran Kristen percaya
bahwa ibu Yesus, yakni Maria, melahirkan Yesus dalam
keadaan masih perawan
dan belum bersetubuh dengan
suaminya yaitu Yusuf. Anak tersebut lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh
kudus. Kaum Katolik bahkan
berkeyakinan bahwa Maria
tetap perawan setelah kelahiran Yesus. Saudara laki-laki
dan perempuan Yesus yang disebutkan dalam
Markus 6:1-6 adalah anak-anak
Yusuf dari
perkawinannya yang terdahulu.
Tidak
banyak yang kita
ketahui tentang Yesus
di masa kanak-kanak; kisahnya
mulai banyak diungkapkan
untuk perjalanan hidupnya setelah
berusia tigapuluhan, saat dibaptis oleh
Yahya. Yahya membaptis
manusia sebagai persiapan mereka
untuk menerima kedatangan
"juru selamat;" pada waktu Yesus datang, dia menolak membaptis
Yesus dengan menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus, bahkan sebaliknya dialah
yang pantas dibaptis. Namun Yesus
tetap meminta Yahya membaptis
dirinya; setelah dibaptis
dia mengasingkan diri selama
40 hari dan
memikirkan "juru selamat"
yang bagaimanakah sebenarnya.
Selama itu iblis menggoda dia,
membujuk Yesus agar
menjadi pahlawan bagi bangsa Yahudi, atau memenangkan
dukungan bangsanya lewat
perbuatan
kegaiban atau dengan memenuhi kepuasan material bangsa
Yahudi. Yesus menolak godaan ini,
karena Dia sadar bahwa
Dia haruslah "juru selamat" yang menderita, yang akan mati
demi bangsanya.
Setelah meninggalkan gurun, dia
memilih dua belas
orang sebagai teman dan muridnya.
Murid-murid ini mempunyai latar belakang yang beragam: Petrus dan Andreas
adalah bersaudara dan nelayan miskin;
Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah nelayan juga, namun lebih makmur;
Matius (atau Levi) adalah pengumpul pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada
anggota kelompok Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang
pada
akhirnya mengkhianati Yesus dan
menyerahkannya kepada musuhnya. Dari kedua belas muridnya, Petrus, Yacob dan
Yahya merupakan teman Yesus yang paling dekat.
Dalam
Markus 6:1-6 Yesus
disebut "tukang kayu," dan dari sini diasumsikan bahwa
sebelum terkenal, Yesus
meneruskan profesi ayahnya sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui latar
belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh pendidikan dari
cendekiawan monastik Yahudi,
yakni kaum Essenes, yang ajarannya banyak mirip dengan ajaran Kristen.
Namun dari kitab-kitab
Injil dapat kita lihat bahwa dia adalah manusia yang
cerdas, arif dan penuh humor. Ajarannya dia
sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek yang mengandung makna
mendalam. Teknik pengajaran
seperti inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap makna lewat
kisah-kisah pendek dibandingkan lewat kisah-kisah panjang, atau lewat
diskusi formal yang panjang.
Kisah-kisah atau
perumpamaan Yesus adalah
sederhana dan langsung kena,
kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan tetapi, dia
juga menggunakan kotbah,
dan kotbah yang terkenal adalah
kotbah bukit (kotbah
ini bukanlah satu kotbah panjang,
melainkan adalah intisari yang diambil
dari ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).
Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan
banyak penyakit dan bahkan
menghidupkan kembali orang
mati.
Perlahan-lahan
namanya termasyhur ke
seluruh negeri dan orang mulai
berbisik-bisik mempersoalkan siapakah
dia. Pertama kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang
telah lama dinanti-nantikan di
Caesarea Phillippi. Setelah
dia menanyakan kepada murid-muridnya tentang
siapakah dia disebut khalayak
ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di mata para muridnya? Petrus, yang merupakan orang
pemberani, menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak itu
Yesus mulai memperkenalkan
ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya kepada kedua belas muridnya tentang
tujuan kedatangannya.
Lalu dia diberi
nama Kristus yang
berarti "orang yang diurapi."
Segera setelah pengakuan oleh Petrus
tentang dia (Yesus) sebagai
"juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya dan Yacob ke suatu
bukit, di mana pakaian dan wajah
Yesus menjadi bercahaya putih mengkilap dan dia berkomune dengan Nabi
Elisa dan Musa. Peristiwa ini
disebut Transfigurasi (perubahan
tubuh). Namun selama tiga
tahun misi Yesus,
tantangan terhadap ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi dan
Saduki.
Kaum
Saduki adalah kelompok
kecil aristokrat yang sangat berpengaruh
yang mengaku sebagai
keturunan Sulaiman. Kelompok Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani
ingin menanamkan pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang sangat menentang
pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok ini, dengan alasan yang
berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi menolak
karena ajaran-ajaran Yesus
menentang sikap kaum Parisi. Kita
tahu orang Yahudi sangat berpegang erat
kepada 10 perintah Allah,
sementara Yesus memperbaharui penafsiran tentang makna
kesepuluh perintah tersebut.
Selama bertahun-tahun hukum itu
berubah menjadi doktrin
yang mendasari ajaran Yudaisme, yang
menjadi dasar bagi
orang Yahudi untuk mengasihi
Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan orang Parisi, tradisi lebih
penting daripada hukum,
dan Yesus sangat lantang
menentang sikap orang Parisi ini. Kaum Saduki menentang Yesus karena mereka
bekerja sama dengan bangsa
Romawi, dan karena itu mereka sangat berpengaruh dan menikmati hak-hak
istimewa. Mereka khawatir
Yesus bisa menimbulkan kesulitan
yang berakhir pada
situasi yang mengancam pada
prestise dan kekuasaan mereka.
Setelah kira-kira
tiga tahun, Yesus
pergi ke Yerusalem menunggang keledai
dan disambut sebagai pembebas dan "juru selamat," karena saat
itu bertepatan dengan berlangsungnya pesta paskah
dan Yerusalem dipadati oleh banyak manusia. Paskah
adalah hari yang
ditunggu-tunggu bagi kedatangan "juru selamat"
bangsa Yahudi, sehingga suasana
saat Yesmemasuki kota amatlah eksplosif.
Lalu dia masuk
ke Bait Allah dan mengusir semua
pedagang, pembunga uang
dan orang-orang lain yang dia
anggap mengotori tempat
suci tersebut. Penduduk menunggu
tindakannya yang selanjutnya,
yakni hal mengumumkan
dirinya sebagai Raja
yang akan mengusir penjajah
Romawi; namun tindakan
yang ditunggu-tunggu itu tidak pernah
muncul. Sebaliknya Yesus mengadakan perjamuan
dengan murid-muridnya, yang dinamakan perjamuan terakhir
(sebagian cendekiawan menyebutnya perjamuan paskah), sesudah itu
dia pergi ke Taman Getsemane.
Di sana dia
ditangkap serdadu yang
dipimpin oleh Yudas Iskariot. Pertama kali
setelah ditangkap, Yesus diajukan
ke hadapan para imam dan dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar dalam hukum
Yahudi, namun karena
mereka tidak dapat menjatuhkan hukuman mati,
keputusan mereka harus
disahkan oleh penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa, Pontius Pilatus,
dan dituduh melakukan
pemberontakan
subversi
dan menghindari pajak;
Pilatus tidak ingin menghukum orang
yang tidak bersalah,
namun disebabkan tekanan para
imam dan amarah
bangsa Yahudi -yang merasa tertipu kalau Yesus tidak
memperlihatkan dirinya sebagai "juru selamat" dalam arti
penuh kemenangan dalam peperangan- dia terpaksa membuat keputusan yang
tidak menyenangkan dan Yesus
dihukum dengan penyaliban.
Putusan itu dilaksanakan,
dan Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga
jam di kayu salib.
Akan
tetapi, bagi Gereja
Kristen, itu bukanlah
akhir, melainkan adalah awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari kematian (tiga
hari berdasarkan perhitungan
Yahudi -Yesus
meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu). Para
wanita yang pergi ke makamnya pada Minggu pagi menemukan
makamnya sudah kosong, namun pakaiannya
masih terlipat di
dalam kubur. Kemudian Yesus
sendiri menampakkan dirinya
kepada mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu kepada murid-murid
Yesus yang sebelumnya
meragukan kebangkitan Yesus; namun kemudian mempercayainya. Beberapa
saat
kemudian Yesus mengajak
mereka ke suatu
bukit, memberkati mereka lalu mereka terangkat ke surga.
Semenjak itu Yesus tidak pernah menampakkan diri lagi di bumi ini.
Sementara
itu murid-murid Yesus
tidak bisa menentukan langkah-langkah mereka
seterusnya. Namun pada
hari Pantekosta, pada saat mereka semua berkumpul di Yerusalem, Roh
Kudus turun dari surga dan hinggap pada
masing-masing mereka. Sejak itu
mereka diubahkan, tidak lagi
cemas dan takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani yang menjelajahi dunia
ini untuk menyampaikan
kabar gembira tentang Tuhan Yesus
Kristus. Pada awalnya mereka
berharap Yesus segera muncul
kembali, namun hal itu tidak
terjadi demikian.
Iman baru ini
segera menyebar di
seluruh dunia lama. Hebatnya, misi
penyebaran Injil yang
paling spektakuler bukanlah oleh salah satu murid Yesus melainkan adalah
oleh
Saul
(Paulus) dari Tarsus, yang mengalami pertobatan pada saat
dia dalam perjalanan
ke Damascus untuk
menangkapi orang-orang
Kristen; sebagai hasil
pertobatan ini, dia
banyak melakukan perjalanan untuk pekabaran Injil,
mengalami penderitaan yang berat, bahkan
mati martir demi imannya Dia menuliskan banyak surat nasihat dan penguatan
iman kepada gereja-gereja baru
yang dia dirikan, dan dokumen-dokumen ini, yang
terdapat dalam PerjanJian Baru,
sangat penting karena merupakan
salah satu tulisan Kristen pertama yang kita miliki.
Pada tahun-tahun awal tersebut, ajaran baru ini masih
dianut orang Yahudi, namun
ternyata agama baru
ini segera menghilang dari antara
orang-orang Yahudi dan dianut
oleh orang-orang di luar Yahudi. Pemisahan antara ajaran Yahudi dan
Kristen mulai nyata dan akhirnya tak dapat
dihindarkan; para penganut Kristen tidak lagi merayakan hari-hari besar Yahudi
serta tidak mempertahankan tradisi dan budaya Yahudi. Pemisahan ini
diakui pada Dewan Yerusalem pada tahun 48 M, pada saat
pembatasan-pembatasan
Yudaistis terhadap orang-orang
Kristen yang bukan Yahudi diberlakukan.
Mula-mula
dengan enggan diberi
toleransi oleh Kerajaan Romawi, faham Kristen di bawah masa
pemerintahan Kaisar Nero yang
sangat membenci ajaran
Kristen. Nero berusaha memojokkan orang Kristen
dengan menuduh bahwa
kebakaran besar kota Roma
disebabkan oleh orang Kristen (64 M), serta membunuh orang-orang
Kristen, di antaranya
Petrus dan Paulus. Banyak
orang Kristen berkeyakinan
bahwa dengan kematian
rasul-rasul ini, dan
kematian orang-orang yang secara
pribadi mengenai Kristus,
perlu dibuat rekaman tertulis tentang kehidupan Kristus.
Selama empat puluh tahun berikutnya
masih banyak tulisan tentang
Yesus, namun hanya empat di antaranya diakui dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi
tindakan pembunuhan ini
bukanlah yang terakhir,
bahkan meningkat selama pemerintahan
Kaisar Domitian (81-96
M).
Selama dua ratus tahun ajaran Kristen merupakan
doktrin yang ilegal hingga akhirnya Kaisar
Konstantin, setelah melihat cahaya terang
di malam hari
sebelum melakukan suatu pertempuran, yang meliputi
salib dengan tulisan
"dengan tanda ini kamu
ditaklukkan," memberikan hak
legal kepada orang-orang Kristen pada tahun 313 M dan
menjadikan agama Kristen sebagai
agama negara Kekaisaran Romawi.
Apa yang terjadi
kepada gereja muda ini selama
masa yang penuh kesulitan tersebut?
Tantangan muncul dari
berbagai arah, namun penyebarannya makin pesat. Walaupun pada mulanya Yerusalem dianggap
sebagai pusat suci,
namun sikap permusuhan yang
diperlihatkan orang-orang Yahudi
yang menguasai Yerusalem mendorong
pemindahan pusat Kristen; mula-mula ke
Antiokia, bergeser ke
Roma. Selama periode Konstantine, Agama Kristen makin kuat dan
melembaga.
Salah satu masalah
pertama yang harus
dipecahkan adalah masalah Trinitas,
keyakinan umat Kristen akan Bapak, Anak, dan Roh Kudus, yang pada
hakikatnya identik namun terpisah satu
sama lain. Banyak pendapat yang berbeda diajukan untuk menjawab masalah
Trinitas, dan tahun 325 Konstantin
meminta Dewan Pertama Nicaea
untuk membahas masalah
ini dengan saksama, yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa Kristus diciptakan Tuhan untuk membantu dalam penciptaan dunia
ini, dan menerima status ketuhanan dari Tuhan,
jadi tidak sama esensinya dengan
Tuhan. Status ketuhanannya dapat
dicabut Tuhan. Dewan ini melahirkan Nicene Creed suatu bentuk
yang digunakan hingga dewasa ini dan mencakup kata-kata:
- Kami percaya
akan satu Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa,
pencipta
langit dan bumi, yang kelihatan maupun yang
tidak
kelihatan.
- Kami percaya
akan Yesus Kristus, anak tunggal Allah,
yang
diturunkan oleh Allah Bapak, bukan diciptakan,
yang satu
dengan Allah Bapak.
- Kami percaya
akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi kehidupan,
yang
diturunkan dari Allah Bapak dan anak.
Lalu gereja dihadapkan dengan sekumpulan masalah,
terutama masalah intern. Romawi
Barat dan Timur
mulai terpisah semakin jauh dan
akhirnya benar-benar terpisah. Memang sebab pemisahan ini
bukan hanya hal di atas, karena masih banyak titik-titik perpecahan
antara Barat dan Timur. Dibandingkan dengan Kristen
Barat, Kristen Timur
lebih menekankan ikon-ikon. Ikon
merupakan gambar flat pada kayu, gading atau bahan-bahan lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan
Maria, atau orang suci yang lain dan melembaga dalam Gereja Yunani. Selama abad kedelapan,
ikon-ikon dilarang oleh Kaisar Leo III, namun protes keras menyebabkan
larangan ini dicabut pada
Sidang Umum ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun 787.
Ini tampaknya merupakan kemenangan Gereja Timur. Namun perpecahan di antara keduanya tidak
akan diatasi oleh sidang tersebut dan masalah ini mengemuka pada
abad ke 11
pada waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene Creed,
suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan itu adalah "dan anak" setelah frasa "kami
percaya dalam Roh Kudus, Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan dari
Allah Bapak ." Jadi,
Gereja-gereja Timur tidak menerima bahwa Roh Kudus diturunkan dari Allah
Bapak dan Anak,
melainkan hanya dari Allah Bapak.
Tentang masalah ini Timur dan Barat sama sekali
tidak mempunyai titik
temu dan menimbulkan pemisahan tahun
1054, karena wakil
Paus menempatkan surat-surat ekskomunikasi
pada altar St.
Sophia di Konstantinopel. Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan Gereja
Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka tetap terpisah:
Gereja Katolik dipimpin oleh satu tampuk pimpinan yang
disebut Paus, sementara
Gereja Ortodoks menyerahkan kepemimpinan di
tangan para bishop
atau patriark; pandangan tentang Roh Kudus juga berbeda,
Gereja Ortodoks tetap memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon dalam
pemujaan, para pelayan gerejanya
dibolehkan menikah, dan
lain-lain.
Segera
kemudian, yakni tahun
1096, Paus Urbanus
II mengorganisasi Gereja Katolik ke
dalam satu pola
seragam yang bertahan selama
hampir 200 tahun
-tentara salib.
Mula-mula
dibentuk untuk dua
tujuan, yakni mengurangi tekanan Turki
atas Kekaisaran Timur
dan untuk menjamin keamanan para
peziarah yang berkunjung ke Yerusalem, tentara salib segera
mengalami degradasi cita-cita; mereka ingin membebaskan Yerusalem
dari kekuasaan Muslim.
Gereja
Katolik tetap berperan
penting hingga abad pertengahan. Berpusat
di Roma, Paus
memegang kekuasaan tertinggi,
yang melampaui kekuasaan raja dan
ratu. Namun
sejak
akhir abad keempat
belas mulailah timbul tantangan terhadap kekuasaan Paus yang begitu
besar. Timbullah gerakan reformasi
yang dimulai Lollards dan Hussites; gerakan ini
berubah menjadi ancaman serius
terhadap supremasi Gereja Katolik ketika
tahun 1617, seorang
imam bernama Martin Luther menentang keras penjualan surat aflat
oleh gereja.
Dia
lalu menolak supremasi
Paus, menyangkal transubstantiation,
serta mendorong para bangsawan
Jerman untuk memberontak dan
memisahkan kekuasaan mereka. Para
bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan kontrol
oleh Gereja dan Paus, membutuhkan
sedikit dorongan dan banyak di antara mereka segera bergabung dengan Martin
Luther.Tindakan Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang didasari
kepada doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai dengan jalan yang
ditempuh masing-masing sekte.
Pandangan Luther mendapat formalisasi
dalam Gereja Lutheran
yang tumbuh subur di Jerman,
Skandinavia dan Amerika.
Namun Luther pun bertentangan
dengan bekas sekutunya menentang Paus.
Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli,
mengembangkan pandangan
Eukaristi yang menyebabkan
Luther dan Zwingli berpisah. Pengaruh Reformasi
menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang lain,
John Calvin, memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma tahun 1533.
Pandangannya hampir sama dengan Luther,
namun dia yakin akan
adanya karunia tertentu
untuk kelompok tertentu. Pengikut
Calvin menyebar di
Jerman, Negeri Belanda, Skotlandia,
Swiss, Amerika Utara
dan cukup berpengaruh di Inggris.
Inggris juga mengikuti anjuran para pembaharu namun
dengan motif yang agak
berbeda. Tahun 1521 Raja Henry VIII telah mengeluarkan suatu
traktat yang menyerang
Luther yang menyebabkan dia
mendapat titel 'Pembela Iman" dari Paus. Akan tetapi
Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne Boleyn namun
sebelum bisa menikahi
Anne, dia harus menceraikan Catherine
of Aragon. Sayangnya
Paus tidak merestui perceraian itu
(Roma dipengaruhi oleh saudara-saudara Catherine yang ada di
Spanyol, negeri asal
Catherine)
dan Henry terpaksa
mengabaikan kekuasaan Paus pada tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya
sebagai kepala Gereja Inggris,
dan dapat membatalkan perkawinannya dengan Catherine. Ajaran
"Tiga puluh sembilan
pasal," yang menyangkut hal-hal
yang kontroversial serta
mengungkapkan bagaimana kedudukan Gereja
Inggris mengenai masalah perceraian tersebut,
dikeluarkan tahun 1571
selama pemerintahan Ratu Elizabeth I, anak perempuan Henry. Gereja Inggris mengakui kerajaan sebagai
kepala gereja, bukan Paus, juga
menolak transubstantiation, meniadakan
biara serta menggantikan bahasa
Latin dengan bahasa
Inggris untuk dipakai di Gereja.
Tetapi reaksi terhadap Roma masih belum mencapai
bentuknya yang paling ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George
Fox, dari Leicestershire (Inggris),
mulai menyebarkan ajaran bahwa manusia dapat berhubungan dengan
Tuhan tanpa melakukan suatu
'hiasan' (upacara) ritualis
yang ditetapkan oleh gereja-gereja Katolik,
dan bahwa gereja-gereja yang
telah diperbaharui belum cukup jauh
melangkah dalam penolakan mereka terhadap
upacara dan hierarki
gerejawi. Seorang kristen,
menurut George Fox tidak
membutuhkan imam atau pendeta/pastor, dan juga tidak membutuhkan bait suci. Tidak ada gunanya
ketujuh sakramen Gereja
Katolik; tidak dibutuhkan suatu
sakramen apa pun.
Fox lalu mulai menyebarkan ajarannya dan melakukan
berbagai perjalanan ke daerah-daerah pedalaman.
Pada umumnya, saat
berdirinya gerakan Fox ini dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat terjadinya kebaktiannya
yang sangat berhasil untuk pertama kalinya. Pengikutnya disebut "Quakers," atau
"Perkumpulan Sahabat-sahabat." Sampai
sekarang juga mereka
tidak mempunyai bait suci kecuali rumah-rumah kebaktian, dan dalam kebaktian mereka
tidak ada liturgy,
tetapi sebaliknya, setiap orang
dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka mempunyai sesuatu
yang bermanfaat untuk diutarakan,
tanpa memperhatikan atau mempedulikan
berapa usia yang
mau berbicara tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.
Berbagai
perkembangan baru telah
terjadi di Inggris pada periode setelah Perang Saudara. Banyak orang
merasa tidak senang dengan
penyatuan gereja dan negara yang dilakukan
oleh Henry VIII,
tetapi selama periode
persemakmuran (Commonwealth
period) di Inggris,
mereka menjadi lega melihat bahwa kedua hal tersebut (gereja
dan negara) telah
dipisahkan
kembali. Akan tetapi, dengan
naiknya Charles II menjadi pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada
tahun 1662 yang
memulihkan status quo
tersebut dan memerintahkan semua
pastor untuk menerima
"Buku Doa Bersama."
Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena itu disebut Non-Conformis)
ketentuan-ketentuan Undang-undang ini
akan dikeluarkan dari Jemaah mereka dan dianiaya. Hal ini berlangsung
sampai dengan keluarnya
Undang-undang Toleransi pada tahun
1689 yang memberikan mereka beberapa hak hukum (legal). Akibatnya,
perkembangan Gereja Baptis dan Gereja
Reformasi bersatu mengalami
perkembangan cepat. Gereja
Baptis, yang didirikan oleh John Smith,
menganggap bahwa pembaptisan bayi
adalah melawan perintah Alkitab.
Hanya orang dewasa yang telah mengerti
makna sumpah yang diucapkannyalah yang
dapat dibaptis. Mereka juga mencoba untuk meyakinkan bahwa
jemaat ikut aktif dalam
perjalanan Gereja, dan mencontoh
Kisah rasul-rasul dengan mengangkat deakonis dari antara jemaatnya
(lihat Kisah Rasul-Rasul 6: 1-6)
untuk membantu mengarahkan
dan menuntun gereja tersebut. Gereja Reformasi Bersama
adalah suatu koalisi dari GereJa
Presbiterian Inggris (yang
dikembangkan dari ajaran Calvin) dan gereja-gereja Jemaat
Inggris dan Wales
yang didasarkan pada ajaran-ajaran dari tokoh pembaharu lainnya
yang telah menyebarkan ajarannya pada zaman
Calvin, yakni Robert Browne
(1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan mereka yang sangat sama, tetapi
usaha-usaha untuk menyatukan kelompok-kelompok
ini barulah berhasil
pada tahun 1972 dengan pembentukan Gereja Reformasi
Bersatu.
Gereja Metodis pada mulanya adalah merupakan suatu
gerakan dalam Gereja Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791),
tetap menolak untuk berpisah dari
gereja induknya. Akan tetapi,
setelah kematiannya, disadari
bahwa Gereja Metodis tidak dapat lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris, dan
lalu memisahkan diri pada tahun
1795. John Wesley dan saudaranya Charles,
melalui studi mereka
yang ketat dan
metodis terhadap InJil (sehingga
mereka disebut dengan
nama Metodis), merasa bahwa keselamatan
diperoleh hanya karena kasih
dan karunia Tuhan, bukan karena
suatu perbuatan atau kebaikan manusia.
Menjelang akhir abad kesembilan belas, ada
gelombang atau kegairahan lain mengenai
perhatian keagamaan. Hal
ini sebagian disebabkan penemuan-penemuan ilmiah
dalam abad tersebut yang
mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu itu telah diterima sebagai kebenaran
religius yang tidak dapat dibantah (misalnya, mengenai
taman firdaus dan masalah penciptaan).
Dalam hal ini,
reaksi dari Pencerahan (Enlightement) dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan. Akibatnya
adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan diri dari
gereja induk mereka,
sebagaimana yang terjadi dalam
Reformasi yang memunculkan
gereja-gereja yang diperbaharui yang
memisahkan diri dari
iman Katolik.
Di Inggris, Bala Keselamatan berkembang sebagai
suatu kekuatan besar, bukan
saja karena ketaatan beragamanya, tetapi juga karena reformasi
dan bantuan sosialnya.
Di bawah
kepemimpinan
William Booth (1829-1912),
Bala Keselamatan tersebut memisahkan diri dari gereja
Metodis dalam tahun 1865
dan membentuk sendiri
suatu organisasi yang bergaya militer karena kelompok tersebut
menganggap dirinya sebagai laskar perang
Tuhan dan memerangi
ketidakadilan sosial. Dibandingkan dengan kebanyakan sekte Gereja, mereka
sangat sedikit memperhatikan sakramen,
walaupun mereka menerima bahwa
beberapa orang Kristen mungkin
melihat sakramen itu merupakan pertolongan dan bantuan.
Di
Amerika juga terjadi
suatu gejolak keagamaan
yang demikian. Pada tahun 1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang
Suci Hari Terakhir, dibentuk oleh
Joseph Smith (1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu Tuhan,
menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku Mormon, yakni yang
merupakan kitab suci
penganut Mormon. Pada mulanya
ajaran Mormon ini
terlarang karena
pandangan-pandangan
mereka yang menyimpang
dari ajaran Kristen dan
praktek poligami mereka,
tetapi Mormon ini merayap ke
seluruh Amerika dan akhirnya menetap di Salt Lake City, tempat markas mereka
terletak hingga kini. Aliran
spiritual mulai ada
tahun 1848 ketika dua orang perempuan, yakni
saudara perempuan Fox
yang berumur dua
belas dan lima
belas tahun, menyebabkan suatu kegemparan di antara, penduduk kota mereka, Arcadia,
New York State, dengan
mengklaim bahwa mereka
telah dapat berkomunikasi dengan roh-roh.
Walaupun ada yang
menyatakan bahwa suara-suara gaduh tersebut adalah suara gabungan dari
suara kedua anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk kota tersebut) berkumpul
sedemikian banyak mendukung
supaya
Gereja Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual
yakin, selain pada pandangan-pandangan Kristen
biasa, bahwa, melalui mereka,
nasihat dan tuntunan dapat diperoleh.
Advent
Hari Ketujuh juga
mulai ada di
Amerika, yang membangun reputasinya
dalam tahun 1860,
dan setelah itu sekte ini cepat menyebar ke seluruh dunia.
Berbeda dengan
sekte-sekte
Kristen lainnya, mereka
membuat hari ketujuh sebagai Sabat (yaitu, mereka
menjalankannya seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi,
dimulai dari saat matahari
terbenam pada
hari Jumat sampai
matahari terbenam hari Sabtu).
Sama seperti Gereja Baptis,
mereka hanya membaptis orang-orang dewasa, dan juga membuat
pembatasan-pembatasan mengenai
apa yang dapat dimakan dan diminum oleh jemaatnya. Misalnya, mereka tidak
boleh minum alkohol
dan memakan makanan
kerang-kerangan.
Sebelum mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen
lainnya harus disebut yakni: Christian Science,
Saksi Jehova, dan gerakan Pantekosta.
Christian
Science didirikan oleh Mrs. Mary
Baker Eddy pada tahun 1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya realitas hanyalah pikiran dan semua yang
lainnya adalah illusi. Oleh karena itu
penyakit jangan dirawat dengan obat, tetapi harus disembuhkan dengan
mempraktekkan pemikiran yang benar. Saksi Jehova, yang didirikan oleh C.T.
Russell, yakin bahwa kedatangan kedua
kalinya Yesus serta akhir dunia
ini akan
terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, dan
bila hal
itu terjadi maka hanya
suatu kelompok elit saja yang selamat, yaitu kelompok Saksi Jehova
itu sendiri. Mereka
mempunyai Al-Kitab dengan terjemahan
mereka sendiri dan
mereka menyisihkan banyak waktu,
usaha, dan uang
untuk kegiatan-kegiatan missionaris.
Yang
terakhir, yakni gerakan
Pantekosta, yang bermula dari suatu missi di Los Angeles dalam tahun 1906 yang
dilakukan oleh W.J. Seymour,
mengajarkan bahwa setiap orang Kristen dapat mengalami kehadiran Rohul
Kudus dalam diri
mereka sendiri dan menerima
hadiah-hadiah roh. Oleh karena itu kebaktian Pantekosta adalah
merupakan upacara yang
sangat emosional, di mana
jemaatnya menjadi dirasuki oleh
Rohul
Kudus dan tampak
berbicara dalam lidah
(berbahasa roh), sebagaimana yang
dilakukan oleh murid-murid
Yesus yang pertama. Walaupun
gerakan Pantekosta telah mempunyai
gereja sendiri, tetapi gerakan
ini telah juga
mempengaruhi aspek-aspek lain dari Gereja (Kristen),
dan dalam GereJa Katolik gerakan
tersebut juga berpengaruh denganmunculnya
apa yang disebut
gerakan Karismatik, orang-orang
Katolik bermaksud menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara
mendalam sekte-sekte Kristen, bahkan tulisan ini tidak menyebut semua sekte yang
ada, karena ada
banyak gerakan-gerakan dan aliran-aliran pemikiran yang berbeda
dalam Gereja Kristen. Penulis hanya mencoba untuk
menempatkan dalam latar belakang historis dan teologis sekte yang paling
menyebar.
SEJARAH GEREJA KATOLIK DI
INDONESIA
Sejarah
Gereja Katolik di Indonesia berawal dari
kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku.
Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku,
Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis bersama
seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari
Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis. Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu dan
bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga
datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo
Fransiskus Xaverius, yang
pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.
Era VOC
Sejak kedatangan dan
kekuasaan Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) di Indonesia tahun 1619
- 1799, akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia,
Gereja Katolik dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa wilayah
yang tidak termasuk VOC yaitu Flores dan Timor.
Para penguasa VOC
beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang
berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta
Protestan dari Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat
itu, seperti yang terjadi dengan komunitas-komunitas Katolik di Amboina.
Imam-imam Katolik
diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah kekuasaan VOC. Pada 1624,
Pastor Egidius d'Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia pada zaman pemerintahan
Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen,
karena mengajar agama dan merayakan Misa Kudus di penjara.
Pastor A. de Rhodes,
seorang Yesuit Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi hukuman berupa menyaksikan pembakaran
salibnya dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di bawah tiang gantungan, tempat
dua orang pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A. de Rhodes diusir (1646).
Yoanes Kaspas Kratx,
seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC,
akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam Katolik yang singgah di
pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat Jesus dan meninggal
sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.
Pada akhir abad ke-18
Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Perancis dan Britania Raya bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang
Belanda terbagi, ada yang memihak Perancis dan sebagian lagi memihak Britania,
sampai negeri Belanda kehilangan kedaulatannya. Pada tahun 1806,
Napoleon Bonaparte
mengangkat adiknya, Lodewijk atau Louis Napoleon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada
tahun 1799 VOC bangkrut dan dinyatakan bubar.
Era Hindia-Belanda
Perubahan politik di
Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang Katolik, membawa
pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah.
Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma
mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia
Belanda di Batavia (lihat: Sejarah Gereja Katedral Jakarta)
Pada tanggal 4 April
1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Jacobus
Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama
adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan
pemerintah Hindia Belanda. Kebebasan
beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat itu agak
dipersukar. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000
orang yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889,
kondisi ini membaik, di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891.
Van Lith
Misi Katolik di
daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan pada tahun 1896.
Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan tetapi pada
tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang datang ke rumah
Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada tanggal 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah
178 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak di antara dua
batang pohon Sono. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.
Romo van Lith juga
mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normaalschool pada tahun 1900
dan Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) pada tahun 1904.
Pada tahun 1918 sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan,
yaitu Yayasan Kanisius. Para
imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada permulaan
abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.
Pada 1911
Van Lith mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon generasi pertama
dari tahun 1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1926
dan 1928, yaitu Romo F.X.Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Alb. Soegijapranata, SJ.
Era Perjuangan Kemerdekaan
Albertus Soegijapranata
menjadi Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun 1940.
Tanggal 20 Desember 1948 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ di
dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang
yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II.
Romo
Sandjaja dikenal sebagai martir pribumi dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Mgr. Soegijapranata
bersama Uskup Willekens SJ menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan
berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus.
Banyak di antara
pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti Adisucipto, Agustinus
(1947), Ignatius Slamet Riyadi (1945) dan Yos Sudarso (1961).
Era Kemerdekaan
Kardinal pertama di
Indonesia adalah Yustinus Kardinal Darmojuwono diangkat pada tanggal 29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam
kehidupan Gereja Katolik dunia. Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II
(1962-1965).
Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada 1970.
Kemudian tahun 1989 Paus Yohanes Paulus II
mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan (Sumatera Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan DIY), Maumere (Flores) dan Dili
(Timor Timur).
SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN & KRISTEN KATOLIK
Kristen Protestanberkembang di Indonesia selama masa kolonialBelanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengansukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan paramisionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah baratPapua dan lebih sedikit di kepulauanSunda. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan,orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dankarenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warga negara.
Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota, sebagian besar darimereka merasa gelisah atas cita-cita politik partai
Islam.Protestanmembentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah.Sebagai contoh, di pulauSulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan, terutama diTana Toraja,Sulawesi TengahdanSulawesi Utara.Sekitar 65% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah, keseluruhandesaataukampungmemiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, sepertiAdventistatauBala Keselamatan, tergantung pada keberhasilan aktivitas para misionaris.
Di Indonesia, terdapat dua propinsi yang mayoritas penduduknya adalahProtestan, yaituPapuadanSulawesi Utara, dengan 60% dan 64% dari jumlah penduduk. Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli. DiSulawesi Utara, kaumMinahasayang berpusat di sekelilingManado, berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-19. Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli SulawesiUtara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau JawadanMadurayang beragama Islam juga mulai berdatangan. Pada tahun2006, lima persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar