Masa kecil dan muda
Terlahir dengan nama Giovanni Bernardone,
biasanya dikenal dengan Fransisko (bahasa Italia: Francesco). Ayahnya,
Pietro, adalah seorang pedagang pakaian kaya. Tentang ibunya, Pica, sedikit
yang diketahui. Fransiskus memiliki beberapa saudara lainnya.
Ada sejumlah penjelasan yang berbeda tentang asal-usul
nama Fransisko ("orang Perancis"). Satu penjelasan menyebut bahwa
nama itu diberikan oleh ayahnya tidak lama setelah ia lahir, yang kembali ke
Assisi dari perjalanan ke Perancis.
Penjelasan lainnya mengatakan bahwa pada masa kecilnya ia sudah menguasai
bahasa Perancis (mungkin dikarenakan ibunya diyakini adalah orang Perancis).
Berontak terhadap bisnis ayahnya dan pengejaran
terhadap kekayaan, Fransiskus menghabiskan masa mudanya dengan membaca buku
(dikarenakan ayahnya yang kaya mampu membiayai pendidikan nomor satu untuk
anaknya dan dia menjadi lancar dalam membaca beberapa bahasa termasuk Latin).
Dia juga juga dikenal untuk minum dan menikmati kebersamaan dengan
teman-temannya, yang juga biasanya merupakan anak dari bangsawan.
Sejak muda ia sudah kecewa terhadap dunia sekitarnya.
Salah satunya tampak dalam kisah perjumpaannya dengan seorang pengemis. Dalam
cerita ini, ia sedang bermain dengan teman-temannya, lalu datanglah seorang
pengemis dan meminta sedekah. Ketika teman-temannya tidak memedulikan
permohonan pengemis itu, Fransiskus memberikan orang itu semuanya yang ada di
kantongnya. Teman-temannya dengan cepat memaki dan mengoloknya atas
kebodohannya, dan ketika ia sampai di rumah, ayahnya memakinya karena marah.
Pada 1201 dia bergabung dalam peperangan melawan Perugia, ditawan, dan
menghabiskan setahun dalam penjara. Kemungkinan perubahan dirinya ke pikiran
yang lebih serius merupakan proses berangsur yang berhubungan dengan
pengalamannya ini.
Konon pada suatu waktu, ketika ia menghindari olokan
bekas teman-temannya, dan mereka bertanya sambil tertawa apakah ia pernah
berpikir untuk menikah, dia menjawab, "Ya, seorang pengantin yang lebih
cantik dari yang pernah kalian lihat." Maksudnya adalah "putri
kemiskinannya", seperti yang biasa dia katakan kelak.
Dia menghabiskan banyak waktunya menyendiri, meminta
penerangan kepada Tuhan. Pada suatu saat dia mengambil untuk merawat korban
paling menjijikkan di rumah sakit kusta dekat Assisi.
Setelah ziarah
ke Roma, di mana dia mengemis
pada pintu gereja untuk orang miskin,
dia mendapat penglihatan di mana dia mendengar suara yang memanggilnya untuk
memulihkan Gereja Tuhan yang rusak. Dia
berpikir ini tentunya gereja St. Damianus yang telah rusak dekat Assisi. Ia
menjual kudanya bersama sejumlah kain dari toko bapaknya, lalu memberikan
hasilnya kepada pastur untuk maksud ini.
Pietro, yang marah besar, mencoba untuk
menyadarkannya, pertama dengan ancaman dan kemudian dengan hukuman badan.
Setelah percakapan terakhir di hadapan seorang uskup, Fransiskus menolak semua keinginan
bapaknya, bahkan menyingkirkan kain yang diterima dari bapaknya, dan untuk
sementara ia menjadi pengelana gelandangan di perbukitan sekitar Assisi.
Kembali ke kotanya di mana ia menghabiskan dua tahun
waktunya, ia memulihkan beberapa gereja yang telah runtuh, di antaranya adalah kapel kecil St Maria para Malaikat, Assisi,
sedikit di luar kota, yang kemudian menjadi tempat tinggal kesukaannya.
Awal Mula
Persaudaraan
Pada akhir periode ini (menurut Jordanus, pada 1209), ia
mendengar sebuah khotbah dari Injil Matius 10:9 yang
memberikan kesan yang teramat dalam kepadanya. Dalam khotbah itu Yesus
mengajarkan pengikutnya bahwa mereka harus pergi dan memberitakan bahwa
kerajaan surga sudah dekat, dan bahwa mereka dilarang membawa uang, tongkat
untuk perjalanan itu, ataupun memakai sepatu. Fransiskus memutuskan untuk
menyerahkan dirinya seluruhnya ke kehidupan kemiskinan kerasulan.
Memakai pakaian kasar, bertelanjang kaki, dan
mengikuti petunjuk Injil, tanpa tongkat atau bekal, dia mulai mengajarkan
pertobatan. Seorang teman sekotanya yang terkenal, Bernardo di Quintavalle,
segera bergabung dengannya. Ia menyumbangkan segala miliknya untuk pekerjaan
tersebut. Begitu pula rekan-rekannya yang lain, yang dalam setahun mencapai
sebelas orang. Fransiskus menyebut mereka "fratres minores", dalam
bahasa Latin, atau "saudara-saudara hina". Kaum Fransiskan kadangkala
disebut "frater". Istilah ini berasal dari kata "saudara"
dalam bahasa Latin.
Saudara-saudara ini tinggal di rumah kusta yang tidak
digunakan lagi di Rivo Torto dekat Assisi. Tetapi mereka banyak menghabiskan
waktu mereka berkeliling di daerah-daerah pegunungan Umbria, selalu gembira dan bernyanyi,
namun juga memberikan kesan yang mendalam kepada para pendengarnya oleh
ketulusan mereka.
Hidup mereka sangat mirip dengan pertapa, meskipun
praktik seperti itu tidak dianjurkan oleh aturan pertama yang diberikan
Fransiskus kepada mereka (mungkin sejak 1209). Aturan itu tampaknya tidak lebih
dari sekadar kumpulan bacaan Kitab Suci yang menekankan tugas kemiskinan.
Pada 1209 Fransiskus memimpin pengikutnya ke Roma dan
meminta izin Paus untuk mendirikan sebuah ordo keagamaan baru. Meskipun
kemiripan yang jelas antara prinsip Fransiskus dan ide fundamental dari
pengikut Peter Waldo yang izin serupanya
telah ditolak oleh Paus sebelumnya, Assisi bersaudara sukses dalam mendapatkan
persetujuan Paus Innocent III. Alasan dari persetujuan
yang tidak wajar ini karena setelah penolakan Paus terhadap Waldo, kelompok
mereka telah menjadi lebih populer dari sebelumnya. Menyadari hal ini, Paus
berharap menghindari mengulangi kesalahan sebelumnya dalam usaha untuk memerangi
ajaran sesat, yang telah
menjadi masalah yang meningkat bagi Gereja. Oleh karena itu, Paus percaya bahwa
dia dapat mencegah penyebaran Fransiskan, atau paling tidak mengontrolnya,
dengan memberikan mereka pengakuan resmi.
Ada banyak legenda sekitar audiensi Fransiskus yang
menentukan ini dengan Paus. Matthew of Paris mengisahkan bahwa Paus
mula-mula mengirim santo yang berpakaian lusuh ini untuk menggembala babi,
namun kemudian ia sadar akan kesungguhan dan ketaatannya. Cerita ini, meskipun
tampaknya tidak mungkin terjadi, mengandung makna historis terentu, karena di
sini tampak sikap antipati dari ordo Benediktin yang lebih tua terhadap
ordo-ordo pengemis yang miskin.
Kerja dan pengembangan Persaudaraan
Fransiskus Assisi
Bukan sebuah kehidupan mengemis yang dijalani oleh
saudara-saudara tersebut ketika mereka mulai pada 1210 dengan persetujuan Paus, tetapi sebuah
usaha yang tekun. Kerja mereka termasuk pelayanan tempat tinggal bagi orang
sakit dan miskin, pidato yang tulus oleh para pastur dan orang awam, dan misi dalam lingkaran yang meluas,
yang akhirnya termasuk orang kafir dan muslim.
Mereka berkumpul bersama setiap tahun pada hari Pentakosta di gereja kecil
di Portiuncula di Asisi, untuk melaporkan
pengalaman merekan dan memperkuat mereka untuk usaha baru.
Ada ketidak pastian dalam catatan kronologi dan
sejarah mendetail dari akhir 15 tahun hidup pendirinya. Namun tahun-tahun ini
mencakup kisah tentang asal-usul rumah-rumah pertama di Perugia, Cortona, Pisa,
Florence, dan di tempat-tempat lainnya (1211-1213); upaya-upaya awal untuk melaksanakan
misi kepada orang-orang Islam, pengutusan lima saudara yang tak lama kemudian
menjadi martir ke Maroko, serta perjalanan yang dilakukan
oleh Fransiskus sendiri ke Spanyol.
Karena menderita sakit, ia terpaksa kembali tanpa mencapai tujuannya.
Pemukiman-pemukiman pertama di jazirah Spanyol dan di Perancis, dan upaya-upaya
untuk memperoleh tempat berpijak di Jerman, yang mulanya gagal. Perjumpaan
Fransiskus dengan St. Dominikus di Roma pada Konsili Lateran Keempat (1215) hanyalah legenda. Bahkan argumen Sabatier untuk membuktikan
bahwa pertemuan itu sungguh-sungguh terjadi pada 1218 sangat dipertanyakan.
Yang diakui historis adalah laporan yang berkaitan
dengan perjalanan Fransiskus ke Mesir dan
Palestina, pada Perang Salib Kelima. Pada
kesempatan itu ia berusaha mengkristenkan Sultan Al-Kamil dan memberikan bukti-bukti bahwa ia bersedia mati
demi imannya. Juga pertikaian intern yang muncul di dalam ordonya ketika ia
kembali ke Italia pada 1220; asal-usul kepemimpinannya yang kedua dan
diperluas, yang digantikan dua tahun kemudian oleh bentuk finalnya yang disusun
oleh Kardinal Ugolino; dan penyerahan Indulgensia Portiuncula
oleh Paus
Honorius III pada tahun 1223).
Dokumen ini mula-mula ditolak oleh Sabatier, namun belakangan diakui
otentisitasnya.
Santo Pelindung bagi
Lingkungan Hidup
Menurut legenda St. Fransiskus berkhotbah kepada
burung-burung dan binatang-binatang lain, selain kepada manusia juga. Kini ia
dikenal sebagai santo
pelindung bagi binatang
dan lingkungan
hidup. Patungnya seringkali diletakkan di taman untuk menghormati
minatnya terhadap alam. Pestanya dirayakan pada 4 Oktober.
Pengikutnya yang Lain
St. Klara dari Assisi adalah seorang perempuan
yang tertarik akan pemberitaan dan kehidupan St. Fransiskus. Belakangan ia
mendirikan sebuah ordo yang mirip dengan ordo Fransiskan khusus untuk
perempuan, yang dinamai St. Klara atau para Klaris. Selain para Klaris (Suster-suster
Klaris/Ordo Santa Clara), di Indonesia juga hidup dan berkarya para pengikut
St. Fransiskus Asisi yang tergabung dalam Ordo Ketiga Reguler dan Ordo Ketiga
Sekuler.
SEJARAH SANTO FRANSISKUS DARI ASISI
Santo Pelindung bagi Lingkungan Hidup
Giovanni
Francesco Bernardone lahir di Asisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah
pada tahun 1182. Karena sangat dimanjakan ayahnya ia tumbuh menjadi seorang
pemuda yang suka berfoya-foya dan pemboros. Pengalaman pahit: ditangkap dan
dipenjarakan selama satu tahun ketika menjadi prajurit hingga jatuh sakit
setelah dibebaskan, menandai awal hidupnya yang baru.
Suatu ketika, demi memperbaiki Gereja, ia menjual setumpuk kain mahal milik ayahnya dan uang hasil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian tetapi ditolak. Ayahnya sangat marah, mengurung, memukul dan memaksa Fransiskus mengembalikan uang tersebut namun dengan tenang ia mengatakan uangnya telah ia diberikan kepada orang-orang miskin, la menolak pulang ke rumah bahkan di hadapan Uskup Asisi, ia melucuti pakaiannya sambil mengatakan bahwa pakaian itupun milik ayahnya. Sang Uskup memberinya sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang yang merupakan pakaian para gembala domba dari Umbria dan kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiskus.
la dijuluki "Poverello" (= lelaki miskin). Cara hidupnya yang miskin tapi selalu gembira dan penuh cinta kepada orang-orang miskin dan sakit, menarik minat banyak pemuda. Pada tahun 1209, ada tiga orang yang bergabung dengannya. Harta benda mereka dipakai untuk melayani kaum miskin dan orang sakit. Bersama mereka, Fransiskus membentuk komunitas persaudaraan yang lalu berkembang menjadi 'Ordo Saudara-saudara Dina' atau 'ordo Fransiskan'. Bagi Klara dkk, ia mendirikan Kongregasi Suster-suster Fransiskan atau Ordo Kedua Fransiskan.
Fransiskus ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon sampai mati. la berusaha hidup menyerupai Kristus, la menekankan kemiskinan absolut bagi para pengikutnya, la menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan dan kesederhanaan hidup.
Pada tahun 1210, SriPaus Innosensius III memberi restu bagi ordo yang didirikannya. Kemudian ia mendirikan 1 lagi Ordo Ketiga Fransiskan yang dikhususkan bagi umat awam dan lazim disebut kelompok 'Tertier'. Melihat perkembangannya yang menakjubkan maka pada tahun 1222 Paus Honorius III secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya.
Pada usia 43 tahun, ketika sedang berdoa dilbukit La Verna, ia mendapatkan karunia 'stigmata' yang tak pernah hilang, la sangat dikagumi oarang-orang sejamannya dan dijuluki juga 'Sahabat alam semesta' karena cintanya yang merangkul seluruh ciptaan. Dalam kondisi kesehatan yang makin menurun dan pandangan mata yang makin kabur, ia menyusun karyanya yang besar 'Gita Sang Surya'. Salah satu kidung di dalamnya memuat tentang1 'keindahan saling mengampuni dan berhasil mendamaikan Uskup dan penguasa Asisi.
Pada tanggal 3 Oktober 1226 Fransiskus meninggal dunia di Kapela Portiuncula dan dua tahun berikutnya langsung dinyatakan 'kudus' oleh Gereja, la menunjukkan kembali kekayaan iman Kristen dengan menghayati: 'kerendahan hati, kemiskinan dan cinta. Pestanya: 4 Oktober.
Suatu ketika, demi memperbaiki Gereja, ia menjual setumpuk kain mahal milik ayahnya dan uang hasil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian tetapi ditolak. Ayahnya sangat marah, mengurung, memukul dan memaksa Fransiskus mengembalikan uang tersebut namun dengan tenang ia mengatakan uangnya telah ia diberikan kepada orang-orang miskin, la menolak pulang ke rumah bahkan di hadapan Uskup Asisi, ia melucuti pakaiannya sambil mengatakan bahwa pakaian itupun milik ayahnya. Sang Uskup memberinya sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang yang merupakan pakaian para gembala domba dari Umbria dan kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiskus.
la dijuluki "Poverello" (= lelaki miskin). Cara hidupnya yang miskin tapi selalu gembira dan penuh cinta kepada orang-orang miskin dan sakit, menarik minat banyak pemuda. Pada tahun 1209, ada tiga orang yang bergabung dengannya. Harta benda mereka dipakai untuk melayani kaum miskin dan orang sakit. Bersama mereka, Fransiskus membentuk komunitas persaudaraan yang lalu berkembang menjadi 'Ordo Saudara-saudara Dina' atau 'ordo Fransiskan'. Bagi Klara dkk, ia mendirikan Kongregasi Suster-suster Fransiskan atau Ordo Kedua Fransiskan.
Fransiskus ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon sampai mati. la berusaha hidup menyerupai Kristus, la menekankan kemiskinan absolut bagi para pengikutnya, la menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan dan kesederhanaan hidup.
Pada tahun 1210, SriPaus Innosensius III memberi restu bagi ordo yang didirikannya. Kemudian ia mendirikan 1 lagi Ordo Ketiga Fransiskan yang dikhususkan bagi umat awam dan lazim disebut kelompok 'Tertier'. Melihat perkembangannya yang menakjubkan maka pada tahun 1222 Paus Honorius III secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya.
Pada usia 43 tahun, ketika sedang berdoa dilbukit La Verna, ia mendapatkan karunia 'stigmata' yang tak pernah hilang, la sangat dikagumi oarang-orang sejamannya dan dijuluki juga 'Sahabat alam semesta' karena cintanya yang merangkul seluruh ciptaan. Dalam kondisi kesehatan yang makin menurun dan pandangan mata yang makin kabur, ia menyusun karyanya yang besar 'Gita Sang Surya'. Salah satu kidung di dalamnya memuat tentang1 'keindahan saling mengampuni dan berhasil mendamaikan Uskup dan penguasa Asisi.
Pada tanggal 3 Oktober 1226 Fransiskus meninggal dunia di Kapela Portiuncula dan dua tahun berikutnya langsung dinyatakan 'kudus' oleh Gereja, la menunjukkan kembali kekayaan iman Kristen dengan menghayati: 'kerendahan hati, kemiskinan dan cinta. Pestanya: 4 Oktober.
Berkhotbah juga pada burung, ikan & serigala!
St.
Fransiskus adalah seorang santo yang hebat yang cocok untuk kamu jadikan
teladan hidupmu. Bahkan hingga kini Ordo Fransiskan (O.F.M. = Ordo Fratrum
Minorum = Ordo Friars Minor = Ordo Saudara-saudara Dina) yang didirikannya
masih terus tumbuh dan berkembang.
Fransiskus
dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181. Ayahnya bernama Pietro
Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, dan ibunya bernama Donna
Pica. Di masa mudanya, Fransiskus lebih suka bersenang-senang dan
menghambur-hamburkan harta ayahnya daripada belajar. Ketika usianya 20 tahun,
Fransiskus ikut maju berperang melawan Perugia. Ia tertangkap dan disekap
selama satu tahun hingga jatuh sakit. Pada masa itulah ia mendekatkan diri
kepada Tuhan. Setelah Fransiskus dibebaskan, ia mendapat suatu mimpi yang aneh.
Dalam mimpinya, ia mendengar suara yang berkata, "layanilah majikan dan
bukannya pelayan."
Setelah
itu Fransiskus memutuskan untuk hidup miskin. Ia pergi ke Roma dan menukarkan
bajunya yang mahal dengan seorang pengemis, setelah itu seharian ia mengemis.
Semua hasilnya dimasukkan Fransiskus ke dalam kotak persembahan untuk
orang-orang miskin di Kubur Para Rasul. Ia pulang tanpa uang sama sekali di
sakunya. Suatu hari, ketika sedang berdoa di Gereja St. Damiano, Fransiskus mendengar
suara Tuhan, "Fransiskus, perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh".
Jadi, Fransiskus pergi untuk melaksanakan perintah Tuhan. Ia menjual setumpuk
kain ayahnya yang mahal untuk membeli bahan-bahan guna membangun gereja yang
telah tua itu.
Pak
Bernardone marah sekali! Fransiskus dikurungnya di dalam kamar. Fransiskus,
dengan bantuan ibunya, berhasil melarikan diri dan pergi kepada Uskup Guido,
yaitu Uskup kota Assisi. Pak Bernardone segera menyusulnya. Ia mengancam jika
Fransiskus tidak mau pulang bersamanya, ia tidak akan mengakui Fransiskus
sebagai anaknya dan dengan demikian tidak akan memberikan warisan barang
sepeser pun kepada Fransiskus. Mendengar itu, Fransiskus malahan melepaskan
baju yang menempel di tubuhnya dan mengembalikannya kepada ayahnya.
Kelak,
setelah menjadi seorang biarawan, Fransiskus baru menyadari bahwa yang
dimaksudkan Tuhan dengan membangun Gereja-Nya ialah membangun semangat
ke-Kristenan.
Pada
tanggal 3 Oktober 1226, dalam usianya yang ke empatpuluh lima tahun Fransiskus
meninggal dengan stigmata (Luka-luka Kristus) di tubuhnya.
Tidak
ada seorang pun dari pengikutnya yang menyerah dan mengundurkan diri setelah
kematian Fransiskus, tetapi mereka semua melanjutkan karya cinta kasihnya
dengan semangat kerendahan hati dan meneruskan kerinduannya untuk memanggil
semua orang menjadi pengikut Kristus yang sejati.
Santo
Fransiskus adalah santo pelindung binatang dan anak-anak. Pestanya dirayakan
setiap tanggal 4 Oktober.
DOA ST. FRANSISKUS DARI ASSISI
TUHAN, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa
cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa
pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku
pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa
kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa
kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku
pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa
terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa
sukacita.
Ya Tuhan Allah,
ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada
dihibur;
mengerti daripada dimengerti;
mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima;
dengan mengampuni kita diampuni,
dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam
Hidup Kekal.
Amin.
Banyak
cerita yang mengisahkan bagaimana St. Fransiskus dari Assisi (1182-1226) dapat
berkomunikasi dengan binatang-binatang dan menyatu dengan semua ciptaan.
Berikut adalah beberapa cerita yang pertama kali ditulis oleh Thomas Celano
pada abad ke-13 dan diceritakan kembali oleh John Bookser Feister.
St.
Fransiskus Berkhotbah kepada Burung-Burung
St.
Fransiskus, Kelinci dan Ikan
St.
Fransiskus dan Serigala
ST. FRANSISKUS BERKHOTBAH KEPADA BURUNG-BURUNG
Fransiskus dan
pengikut-pengikutnya sedang dalam perjalanan ke Lembah Spoleto dekat kota
Bevagna. Tiba-tiba Fransiskus melihat serombongan besar burung-burung dari
berbagai jenis. Di antaranya ada merpati, gagak dan jenis-jenis yang lain.
Terpesona dengan pemandangan itu, Fransiskus meninggalkan teman-temannya di
pinggir jalan dan berlari mengejar rombongan burung yang dengan sabar menunggu
kedatangannya. Seperti biasa Fransiskus menyapa mereka, ia pikir burung-burung
itu akan segera beterbangan di udara ketika ia menyapanya. Tetapi mereka semua
tetap diam di tempatnya masing-masing.
Dipenuhi
rasa kagum, Fransiskus bertanya apakah mereka mau tinggal sebentar bersamanya
untuk mendengarkan Sabda Tuhan. Katanya kepada mereka, "Saudara dan
saudari burung, hendaklah kalian memuji Pencipta-mu dan mengasihi-Nya selalu.
Ia memberimu bulu-bulu sebagai mantel, sayap untuk terbang dan memenuhi segala
kebutuhanmu. Tuhan-lah yang menjadikan engkau mulia di antara segala makhluk,
menjadikan udara yang halus bersih sebagai rumahmu. Tanpa menabur atau pun
menuai, kalian memperoleh bimbingan dan perlindungan dari Tuhan."
Mendengar
kata-katanya, burung-burung itu mengepak-ngepakan sayap mereka, menjulurkan
leher mereka sambil memandang Fransiskus. Mereka bersukacita memuji Tuhan
dengan cara yang demikian indah sesuai kodrat mereka. Kemudian Fransiskus berjalan
di tengah-tengah burung-burung itu, berkeliling dan kembali, menyentuh kepala
dan badan burung-burung itu dengan jubahnya. Kemudian ia memberkati mereka dan
membuat tanda salib bagi mereka. Kemudian burung-burung itu beterbangan di
udara dan Fransiskus dengan penuh sukacita berterima kasih kepada Tuhan, lalu
melanjutkan perjalanannya.
Setelah
kembali kepada teman-temannya, Fransiskus menggumam dengan keras mengapa selama
ini ia tidak pernah berkhotbah kepada burung-burung. Maka, sejak saat itu, Fransiskus
membiasakan diri untuk meminta kepada burung-burung, segala jenis binatang
serta reptil untuk memuji dan mengasihi Pencipta-nya. Dalam hidup Fransiskus
seringkali terjadi peristiwa-peristiwa luar biasa di mana ia berbicara kepada
binatang-binatang. Di antaranya, ketika St. Fransiskus menghardik serombongan
burung yang berisik sehingga mengganggu upacara gereja! Yang mengherankan,
burung-burung itu kemudian tinggal tenang sampai Fransiskus menyelesaikan
khotbahnya.
ST. FRANSISKUS, KELINCI DAN IKAN
Suatu
hari seorang rahib membawa seekor kelinci yang terjebak perangkap kepada St.
Fransiskus. Ia menasehati kelinci agar lebih berhati-hati di waktu yang akan
datang, kemudian dikeluarkannya kelinci dari dalam perangkap dan diletakkannya
di atas tanah supaya ia pergi. Tetapi kelinci itu kembali dan melompat ke atas
pangkuan Fransiskus, berharap agar ia boleh tinggal di dekatnya. Fransiskus
membawa kelinci itu ke sebuah hutan dan melepaskannya kembali. Tetapi kelinci
itu kembali lagi ke tempat di mana Fransiskus duduk dan melompat ke atas
pangkuannya lagi! Akhirnya Fransiskus meminta salah seorang rahibnya untuk
membawa kelinci masuk ke dalam hutan dan melepaskannya. Kali ini usahanya
berhasil. Hal-hal seperti ini terjadi berkali-kali dalam hidup Fransiskus - di
mana ia melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk memuji kemuliaan Tuhan. Jika
seekor makhluk yang begitu sederhana dapat begitu dilimpahi oleh keajaiban
Tuhan, alangkah terlebih lagi manusia!
Ikan-ikan
juga patuh pada Fransiskus. Setiap kali seekor ikan tertangkap dan Fransiskus
berada di sekitar tempat itu, ia akan melepaskan ikan itu kembali ke air sambil
memperingatkannya agar berhati-hati supaya tidak tertangkap lagi. Sering
terjadi, ikan akan tinggal di sekitar perahu Fransiskus untuk mendengarkannya
berkhotbah sampai Fransiskus mengijinkannya untuk pergi. Barulah mereka
berenang pergi. Di setiap karya ciptaan, demikianlah St. Fransiskus menyebut
semua makhluk hidup, ia akan memuji sang seniman, yaitu Sang Pencipta yang
terkasih.
ST. FRANSISKUS DAN SERIGALA
Barangkali
kisah St. Fransiskus yang paling terkenal adalah kisahnya menjinakkan
serigala yang meneror rakyat kota Gubbio. Ketika Fransiskus tinggal di kota itu
ia mendapati ada seekor serigala yang sangat ganas. Ia tidak saja memburu dan
memangsa binatang, tetapi juga manusia. Rakyat kota itu mengangkat senjata
untuk membinasakannya, tetapi mereka yang pergi menghadapi serigala itu lenyap
oleh taring-taringnya yang tajam. Maka penduduk menjadi sangat takut dan tidak
berani keluar dari tembok kota.
Frasnsiskus
merasa iba kepada penduduk kota dan memutuskan untuk pergi menemui serigala.
Penduduk mencegahnya dengan sangat, tetapi Fransiskus bersikeras bahwa Tuhan
akan menjaganya. Seorang rahib yang pemberani dan beberapa petani menemani
Fransiskus sampai ke gerbang luar kota. Tetapi segera saja petani-petani itu
merasa gentar dan tidak berani melanjutkan perjalanan.
Fransiskus
dan rahibnya mulai berjalan. Tiba-tiba serigala, dengan rahangnya ternganga,
muncul dari hutan dan datang menyerang kedua biarawan itu. Fransiskus membuat
Tanda Salib ke arah serigala. Dengan kuasa Tuhan, serigala itu segera
memperlambat larinya dan mengatupkan rahangnya. Kemudian Fransiskus berteriak:
"Datanglah kepadaku, Saudara Serigala. Dalam nama Yesus, aku memerintahkan
kamu untuk tidak lagi menyakiti siapa pun." Maka pada saat itu juga
serigala menundukkan kepalanya dan datang berbaring di bawah kaki St.
Fransiskus. Serigala itu menjadi jinak seperti seekor anak domba.
St.
Fransiskus menjelaskan kepada serigala bahwa serigala telah menakutkan penduduk
kota, karena ia tidak saja memangsa binatang, tetapi juga manusia yang
diciptakan seturut gambaran Allah. "Saudara Serigala," kata
Fransiskus, "aku ingin mengadakan perdamaian antara kamu dan penduduk
Gubbio. Mereka tidak akan menyakiti kamu dan kamu juga tidak boleh lagi
menyakiti mereka. Semua kejahatan di masa lampau harap dimaafkan."
Serigala
menyatakan persetujuannya dengan menggoyang-goyangkan badannya dan
menggangguk-anggukkan kepalanya. Dan puncak dari peristiwa yang menakjubkan
itu, Fransiskus meminta serigala untuk membuat janji. Sementara Fransiskus
mengulurkan tangannya untuk menerima janji, serigala mengulurkan kaki depannya
dan meletakkannya di atas tangan orang kudus itu. Kemudian, Fransiskus
memerintahkan serigala untuk mengikutinya masuk ke dalam kota untuk mengadakan
perjanjian damai dengan penduduk kota. Maka tanpa melawan sedikit pun serigala
mengikuti St. Fransiskus.
Ketika
mereka tiba di alun-alun kota, semua orang datang untuk menyaksikan peristiwa
yang ajaib itu. Dengan serigala di sisinya, Fransiskus berkhotbah kepada
penduduk kota mengenai cinta kasih Tuhan yang luar biasa serta ajaib, yang
memanggil mereka semua untuk bertobat dari semua dosa-dosa mereka. Kemudian
atas nama serigala, Fransiskus menawarkan perdamaian kepada penduduk kota.
Penduduk berjanji dengan suara lantang bahwa mereka akan menyediakan makanan
bagi serigala. Kemudian Fransiskus bertanya kepada serigala apakah ia mau hidup
berdamai dengan syarat-syarat tersebut. Serigala menundukkan kepalanya
dalam-dalam dan merenggangkan badannya untuk meyakinkan semua orang bahwa ia
menerima janji itu. Kemudian sekali lagi serigala meletakkan tangannya di atas
tangan Fransiskus sebagai tanda ikatan perjanjian.
Sejak
saat itu penduduk kota menepati janji yang mereka buat. Serigala tinggal selama
dua tahun lamanya di antara penduduk kota, pergi dari satu rumah ke rumah lain
untuk meminta makanan. Serigala tidak menyakiti siapa pun dan tak seorang pun
menyakitinya. Bahkan anjing-anjing pun tidak menyalak kepadanya. Ketika
akhirnya serigala mati karena telah tua umurnya, sangat sedihlah penduduk kota
Gubbio. Cara hidup serigala yang penuh damai menjadi peringatan bagi mereka akan
pengaruh, kesabaran, keteladanan dan kekudusan St. Fransiskus yang menjadi
simbol nyata kekuasaan dan pemeliharaan Tuhan Allah yang hidup.
Santo-Santa
4 Oktober
4 Oktober
Santo Fransiskus Asisi, Pengaku Iman
Giovanni
Francesco Bernardone lahir di Asisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah
pada tahun 1182. Ayahnya, Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya
raya; sedang ibunya Yohana Dona Pica, seorang puteri bangsawan picardia,
Prancis. Ia dipermandikan dengan nama 'Giovanni Francesco Bernardone' tetapi
kemudian lebih dikenal dengan nama 'Francesco' karena kemahirannya berbahasa
Prancis yang diajarkan ibunya.
la sangat
dimanjakan ayahnya sehingga berkembang menjadi seorang pemuda yang suka
berfoya-foya dan pemboros. Pada umur 20 tahun ia bersama teman-temannya
terlibat sebagai prajurit dalam perang saudara antara Asisi dan Perugia. Dalam
pertempuran itu ia ditangkap dan dipenjarakan selama 1 tahun hingga jatuh sakit
setelah dibebaskan. Pengalaman pahit itu menandai awal hidupnya yang baru. Ia
tidak tertarik lagi dengan usaha dagang ayahnya dan corak hidup mewahnya
dahulu. Sebaliknya ia lebih tertarik pada corak hidup sederhana dan miskin
sambil lebih banyak meluangkan waktunya untuk berdoa di gereja, mengunjungi
orang-orang di penjara dan melayani orang-orang miskin dan sakit. Sungguh suatu
keputusan pribadi yang datang di luar bayangan orang sedaerahnya dan
orangtuanya.
Tak lama kemudian ketika sedang berdoa di gereja San Damian di luar kota Asisi, ia mendengar suatu suara keluar dari Salib Yesus: "Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir rubuh ini!" Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Segera ia lari ke rumah. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya lalu menjual kain-kain itu. Uang basil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian untuk membiayai perbaikan gereja itu. Tetapi pastor menolak pemberiannya itu.
Tak lama kemudian ketika sedang berdoa di gereja San Damian di luar kota Asisi, ia mendengar suatu suara keluar dari Salib Yesus: "Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir rubuh ini!" Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Segera ia lari ke rumah. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya lalu menjual kain-kain itu. Uang basil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian untuk membiayai perbaikan gereja itu. Tetapi pastor menolak pemberiannya itu.
Ayahnya marah
besar lalu memukul dan menguncinya di dalam sebuah kamar. Ibunya jatuh kasihan
lalu membebaskan dia dari kurungan itu. Setelah dibebaskan ibunya, ia kembali
ke gereja San Damian. Ayahnya mengikuti dia ke sana, memukulnya sambil
memaksanya mengembalikan uang hasil penjualan kain itu. Dengan tenang ia
mengatakan bahwa uang itu sudah diberikan kepada orang-orang miskin. Ia juga
tidak mau kembali lagi ke rumah meskipun ayahnya menyeret pulang. Ayahnya tidak
berdaya lalu meminta bantuan Uskup Asisi untuk membujuk Fransiskus agar
mengembalikan uang itu. Fransiskus patuh pada Uskup. Di hadapan Uskup Asisi, ia
melucuti pakaian yang dikenakannya sambil mengatakan bahwa pakaian-pakaian itu
pun milik ayahnya. Dan semenjak itu hanya Tuhan-lah yang menjadi ayahnya. Sang
Uskup memberikan kepadanya sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang. Inilah
pakaian para gembala domba dari Umbria, yang kemudian menjadi pakaian para
biarawan Fransiskus.
Fransiskus tidak
kecut apalagi sedih hati dengan semua yang terjadi atas dirinya. Ia bahkan
dengan bangga berkata: "Nah, sekarang barulah aku dapat berdoa
sungguh-sungguh "Bapa kami yang ada di surga." Dan semenjak itu Sabda
Yesus "Barangsiapa yang mau mengikuti Aku, ia harus menjual segala harta
kekayaannya dan membagikannya kepada orang miskin" menjadi dasar hidupnya
yang baru. Sehari-harian ia mengemis sambil berkotbah kepada orang-orang yang
ada di sekitar gereja San Damiano. Ia menolong orang-orang miskin dan penderita
lepra dengan uang yang diperolehnya setiap hari. Ia sendiri hidup miskin. Kalau
ia berbicara tentang nasehat-nasehat Injil, ia menggunakan bahasa lagu-lagu
cinta yang populer dan bahasa-bahasa puitis. Ia sendiri rajin menyusun
puisi-puisi dan selalu membacakannya keraskeras kalau ia berjalan jalan.
la disebut orang
sekitar dengan nama "Poverello" (=Lelaki miskin). Cara hidupnya, yang
miskin tetapi selalu gembira dan penuh cinta kepada orang-orang miskin dan
sakit, menarik minat banyak pemuda. Pada tahun 1209, ada tiga orang bergabung
bersamanya: Bernardus Guantevale, seorang pedagang kaya; Petrus Katana, seorang
pegawai, dan Giles, seorang yang sederhana dan bijak. Harta benda mereka
dipakai untuk melayani kaum miskin dan orang-orang sakit. Bersama derigan tiga
orang itu, Fransiskus membentuk sebuah komunitas persaudaraan yang kemudian
berkembang menjadi sebuah ordo yaitu "Ordo Saudara-saudara Dina",
atau "Ordo Fransiskan." Tak ketinggalan wanita-wanita. Klara, seorang
gadis Asisi meninggalkan rumahnya dan bergabung juga bersamanya. Bagi Klara dan
kawan-kawannya, Fransiskus mendirikan sebuah perkumpulan khusus. Itulah awal dari
Kongregasi Suster-suster Fransiskan atau Ordo Kedua Fransiskan.
Fransiskus
ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon sampai mati. Ia
tidak mau ditahbiskan menjadi imam. Lebih dari orang-orang lain, Fransiskus
berusaha hidup menyerupai Kristus. Ia. menekankan kemiskinan absolut bagi para
pengikutnya waktu itu. Sebagai tambahan pada kaul kemiskinan, kemurnian dan
ketaatan, ia menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan, dan
kesederhanaan hidup. Ordo Benediktin yang sudah lama berdiri memberi mereka
sebidang tanah. Demi sahnya komunitas yang dibentuknya, dan aturan hidup yang
disusunnya, ia berangkat ke Roma pada tahun 1210 untuk meminta restu dari Sri
Paus Innosensius III (1198-1216). Mulanya Sri Paus menolak. Tetapi pada suatu
malam dalam mimpinya, Paus melihat tembuk-tembok Basilik Santo Yohanes Lateran
berguncang dan Fransiskus sendiri menopangnya dengan bahunya. Pada waktu pagi,
Paus langsung memberikan restu kepada Fransiskus tanpa banyak bicara.
Lagi-lagi Ordo
Benediktin menunjukkan perhatiannya kepada Fransiskus dan kawan-kawannya.
Kapela Maria Ratu para Malaekat di Portiuncula, milik para rahib Benediktin,
kira-kira dua mil jauhnya dari kota Asisi, diserahkan kepada Fransiskus oleh
Abbas Ordo Benediktin. Fransiskus gembira sekali. Ia mulai mendirikan
pondok-pondok kecil dari kayu di sekitar kapela itu sebagai tempat tinggal
mereka yang pertama. Kemudian Chiusi, seorang tuan tanah di daerah itu,
memberikan kepadanya sebidang tanah di atas bukit La Verna, di bilangan
bukit-bukit Tuscan. La Verna kemudian dijadikannya sebagai tempat berdoa dan
bermeditasi. Semangat kerasulannya mulai membara dari hari ke hari. Dalam
hatinya mulai tumbuh keinginan besar untuk mempertobatkan orangorang Muslim di
belahan dunia Timur. Ia mulai menyusun rencana perjalanan ke Timur. Pada musim
gugur tahun 1212, ia bersama seorang kawannya berangkat ke Syria. Tetapi nasib
sial menghadang mereka di pertengahan jalan. Kapal yang mereka tumpangi karam
dan mereka terpaksa kembali lagi ke Italia. Tetapi ia tidak putus asa. Ia
mencoba lagi dan kali ini ia mau pergi ke Maroko melalui Spanyol. Tetapi sekali
lagi niatnya tidak bisa terlaksana karena ia jatuh sakit. Pada bulan Juni 1219,
ia sekali lagi berangkat ke belahan dunia Timur bersama 12 orang temannya.
Mereka mendarat di Damaieta, delta sungai Nil, Mesir. Di sana mereka
menggabungkan diri dengan pasukan Perang Salib yang berkemah di sana. Nasib
sial menimpa dirinya lagi. Ia ditawan oleh Sultan Mesir. Saat itu menjadi suatu
peluang baik baginya untuk berbicara dengan Sultan Islam itu. Sebagai tawanan
ia minta izin untuk berbicara dengan Sultan Mesir. Ia. berharap dengan
pertemuan dan pembicaraan dengan Sultan, ia dapat mempertobatkannya. Sultan
menerima dia dengan baik sesuai adat sopan santun ketimuran. Namun pertemuan
itu sia-sia saja. Sultan tidak bertobat dan menyuruhnya pulang kepada
teman-temannya di perkemahan setelah mendengarkan kotbahnya.
Setelah beberapa
lama berada di Tanah Suci, Fransiskus dipanggil pulang oleh komunitasnya.
Selama beberapa tahun, ia berusaha menyempurnakan aturan hidup komunitasnya.
Selain itu ia mendirikan lagi Ordo Ketiga Fransiskan. Ordo ini dikhususkan bagi
umat awam yang ingin mengikuti cara hidup dan ajarannya sambil tetap mengemban
tugas sebagai bapa-ibu keluarga atau tugas-tugas lain di dalam masyarakat. Para
anggotanya diwajibkan juga untuk mengikrarkan kaul kemiskinan dan kesucian
hidup. Kelompok ini lazim disebut kelompok "Tertier". Tugas pokok
mereka ialah melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam keluarga dan masyarakat
dan mengikuti cara hidup Fransiskan tanpa menarik diri dari dunia.
Ordo Fransiskan
ini berkembang dengan pesat dan menakjubkan. Dalam waktu relatif singkat
komunitas Fransiskan bertambah banyak jumlahnya di Italia, Spanyol, Jerman dan
Hungaria. Pada tahun 1219 anggotanya sudah 5000 orang. Melirlat perkembangan
yang menggembirakan ini maka pada tahun 1222, Paus Honorius III (1216-1227)
secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya.
Pada tahun 1223, Fransiskus merayakan Natal di daerah Greccio. Upacara malam
Natal diselenggarakan di luar gereja. Dia rnenghidupkan kembali. gua Betlehem
dengan gambar-gambar sebesar badan. Penghormatan kepada Kanak-kanak Yesus yang
sudah menjadi suatu kebiasaan Gereja dipopulerkan oleh Fransiskus bersama para
pengikutnya.
Pada umur 43
tahun ketika sedang. berdoa di bukit La Verna sekonyong-konyong terasa sakit di
badannya dan muncul di kaki dan tangan serta lambungnya luka-luka yang sama
seperti luka-luka Yesus. Itulah 'stigmata' Fransiskus. Luka-luka itu tidak
pernah hilang seliingga menjadi sumber rasa sakit dan kelemahan tubuhnya.
Semenjak peristiwa ajaib itu, Fransiskus mulai mengenakan sepatu dan mulai
menyembunyikan tangan-tangannya di balik jubahnya.
Fransiskus dikagumi orang-orang sezamannya bahkan hingga kini karena berbagai karunia luar biasa yang dimilikinya. Ia dijuluki "Sahabat alam semesta" karena cintanya yang besar dan dalam terhadap alam ciptaan Tuhan. Semua ciptaan menggerakkan jiwanya untuk bersyukur kepada Tuhan dan memuliakan keagunganNya. Seluruh alam raya beserta isinya benar-benar berdamai dengan Fransiskus. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia. Semua disapanya sebagai 'saudara': saudara matahari, saudari bulan, saudara burung-burung, dll. Ia benar-benar menjadi sahabat alam dan binatang.
Fransiskus dikagumi orang-orang sezamannya bahkan hingga kini karena berbagai karunia luar biasa yang dimilikinya. Ia dijuluki "Sahabat alam semesta" karena cintanya yang besar dan dalam terhadap alam ciptaan Tuhan. Semua ciptaan menggerakkan jiwanya untuk bersyukur kepada Tuhan dan memuliakan keagunganNya. Seluruh alam raya beserta isinya benar-benar berdamai dengan Fransiskus. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia. Semua disapanya sebagai 'saudara': saudara matahari, saudari bulan, saudara burung-burung, dll. Ia benar-benar menjadi sahabat alam dan binatang.
Lama kelamaan
kesehatannya semakin menurun dan pandangan matanya mulai kabur. Dalam kondisi
itu, ia menyusun karyanya yang besar "Gita Sang Surya." Salah satu
kidung di dalamnya, yang melukiskan tentang 'keindahan saling mengampuni'
dipakainya untuk mendamaikan Uskup dengan Penguasa Asisi yang sedang bertikai.
Ia diminta untuk mendamaikan keduanya. Untuk itu ia menganjurkan agar
perdamaian itu dilakukan di halaman istana uskup bersama beberapa imam dan
pegawai kota. Ia sendiri tidak ikut serta dalam pertemuan perdamaian itu. Namun
ia mengutus dua orang rekannya ke sana dengan instruksi untuk menyanyikan lagu
"Gita Sang Surya", yang telah ia tambahi dengan satu bagian tentang
'keindahan saling mengampuni'. Ketika mendengar nyanyian yang dibawakan dengan
begitu indah oleh dua orang biarawan Fransiskan itu, Uskup dan Penguasa Asisi
itu langsung berdamai tanpa banyak bicara.
Menjelang
tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengundurkan diri. Sebab, di antara
saudara-saudarariya seordo terjadilah selisihpaham mengenai penghayatan hidup
miskin seperti yang diointai dan dihayatinya sendiri. Pada tanggal 3 Oktober
1226 dalam umur 44 tahun, Fransiskus meninggal dunia di kapela Portiuncula. Dua
tahun berikutnya, ia langsung dinyatakan 'kudus' oleh Gereja.
Fransiskus adalah
orang kudus besar yang dikagumi Gereja dan seluruh umat hingga kini.
Kebesarannya terletak pada dua hal berikut: kegembiraannya dalam hidup yang
sederhana, menderita lapar dan sakit, dan pada cintanya yang merangkul seluruh
ciptaan. Ketika Gereja menjadi lemah dan sakit karena lebih tergiur dengan
kekayaan dan kekuasaan duniawi, Fransiskus menunjukkan kembali kekayaan iman
Kristen dengan menghayati sungguh-sungguh nasehat-nasehat dan cita-cita Injil
yang asli: kerendahan hati, kemiskinan dan cinta.!
Santo Kuintinus, Martir
Tak ada banyak
cerita tentang kehidupan masa muda Kuintinus. Yang diketahui hanyalah bahwa
Kuintinus, yang disebut juga Kuentin, adalah seorang martir abad ketiga yang
dibunuh karena giat mewartakan Injil kepada orang-orang kafir.
Menurut legenda,
ia bersama Santo Lusianus dari Beauvais berangkat dari Roma ke Prancis untuk
mewartakan Injil di sana. Sesampaf di Prancis mereka berpisah di kota Amiens.
Kuintinus tetap tinggal di Amiens dan giat mewartakan Injil-kepada penduduk
kota itu. Kotbah dan caranya mengajar sangat menarik sehingga ia berhasil
mentobatkan banyak orang, dan mempermandikan mereka. Tetapi keberhasilannya itu
menyebabkan ketidakpuasan penguasa setempat. Ia ditangkap lalu dipenjarakan.
Konon ia dibebaskan secara ajaib oleh seorang malaekat Tuhan dan kembali giat
mengajar para pengikutnya. Beberapa hari kemudian ia ditangkap lagi dan dibawa
ke kota. yang sekarang dinamakan kota Sint Kuentin, Prancis. Di sana ia
dipenggal kepalanya pada tahun 570.
that good idea
BalasHapus