Oleh: Natalis Iyai )*
Mungkin
banyak dari kawan-kawan yang bertanya, kenapa kita harus berani berbicara?
Menurut kita, mungkin keberanian berbicara di depan umum hanya dibutuhkan oleh
teman-teman yang aktif di organisasi, atau hanya dibutuhkan oleh seorang yang
memimpin banyak orang. Benarkah demikian?.
Hal
pertama yang mesti kita ketahui bahwa hidup kita selalu tidak terlepas jauh
dari yang namanya berbicara dan komunikasi. Contohnya, saat kita berbelanja, di
kampus, dan apa saja yang kita lakukan adalah bentuk komunikasi dan berbicara baik
itu secara verbal dan non verbal.
Secara
sederhana saja komunikasi adalah, proses penyampaian pesan antara pengirim dan
penerima pesan. Menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dalam bentuk apapun dalam
koridor selayaknya itu dijamin dan dilindungi oleh negara.
Dengan
bicara, kita bisa memberi tahu kepada orang lain apa yang kita inginkan,
pikirkan, dan rasakan. Kita dapat meminta orang lain untuk menghentikan
kekerasan, meminta menghormati hak-hak kita sebagai manusia, menyuarakan
perdamaian, memotivasi teman, memengaruhi pembuatan keputusan, dan banyak lagi.
Kita dapat melakukan perubahan atasi ketakutan, fokuskan pada keuntungan
positif.
Hampir
kebanyakan orang yang pernah merasakan situsai, mengecap suasana, bagaimana
kita berbicara di depan umum. Yang namanya ketakutan, keringat dingin, gugup,
gelisah, dan lain sebagainya adalah hal pasti kita alami bagi setiap kita yang
baru mencoba berdiri, bicara di depan umum.
Hal
ini menandakan, untuk berbicara di depan umum, menyampaikan ide, gagaan,
pendapat, kita perlu memiliki keberanian. Keberanian untuk berkomunikasi, untuk
berbicara. Artinya, ketakutan yang memenjarakan kita harus kita lawan dengan
berani, agar menjadi berani, sehingga menjadikan kita tidak ragu untuk menyampaikan
apa yang kita ingin sampaikan.
Dari
berbagai sumber dapat kita ketahui, ada 9 penyebab ketakutan yang signifikan
ketika berbicara di depan umum.
Pertama,
Takut akan gagal. Ingin menyampaikan pendapat, namun kuatir akan salah
menyampaikan, atau malah menilai pendapatnya tidak akan diterima, jauh sebelum
ia menyampaikan. Ini lumrah dialami pemula yang sedang memberanikan diri
bicara. Takut gagal malah kadangkala membuat ketakutan itu semakin besar.
Kedua,
Tidak ada rasa percaya diri. Dalam arti lain, poin sini sama dengan pesimisme
terhadap diri sendiri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
Ketiga,
Traumatis. Memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung
dan semua mata melihat padanya.
Empat,
Takut dinilai atau dihakimi. Hal ini terjadi karena adanya perasaan takut
ketika banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.
Lima,
Terlalu perfeksionis. Perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan
berharap terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
Enam,
Takut akan orang banyak. Merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika
berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
Tujuh,
Kurangnya persiapan. Persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara di
depan umum ini semakin menjadi-jadi.
Delapan,
Stress. Menghindari stress ketika berbicara di depan umum. Sementara yang
kesembilan, Blank: takut, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang
harus dibicarakan ketika berbicara di depan umum.
Sementara
menurut Ivy Naistadt dalam bukunya Speak
Without Fear: A Total System for Becoming A Natural, Confident Communicator,
kita memiliki beberapa ketakutan dalam berbicara di depan umum.
Pertama,
Takut dikritik atau dinilai (secara negatif). Ketakutan ini sangat menyiksa.
Kita jadi tidak pernah mencoba karena kita merasa bahwa apa pun yang akan kita
lakukan tidak akan lebih baik. Kadang kita juga takut terlihat berbeda dari
kebanyakan orang lain.
Dua,
Takut dipermalukan atau dihina. Kadang kita takut kalau pendapat kita tidak
bagus, kita akan mempermalukan diri sendiri. Hal ini juga bisa bersumber dari
pengalaman trauma masa lalu.
Tiga, Takut secara emosional. Ini juga bisa berhubungan dengan pengalaman buruk
masa lalu. Bisa saja karena kita pernah mencoba bicara di hadapan orang lain,
tetapi malah ditertawakan. Akhirnya ini membekas dalam diri kita.
Kita semua pasti mempunyai cita-cita atau gambaran, akan menjadi seperti apa kita di masa yang akan datang. Dan tentunya, malu, gugup, keringat dingin ketika berbicara di depan umum mesti hilang, bila kita ingin sukses. Dan untuk menghilangkannya, kita perlu keberanian. Bagaimana cara kita memeroleh keberanian itu?.
Kita semua pasti mempunyai cita-cita atau gambaran, akan menjadi seperti apa kita di masa yang akan datang. Dan tentunya, malu, gugup, keringat dingin ketika berbicara di depan umum mesti hilang, bila kita ingin sukses. Dan untuk menghilangkannya, kita perlu keberanian. Bagaimana cara kita memeroleh keberanian itu?.
Buka diri, menemukan
dan mengakui: Temukan apa yang menjadi hambatan kita dan akui supaya kita
bisa menetapkan rencana untuk mengatasinya. Kita bisa mulai berlatih dengan
menuliskan sebanyak mungkin kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika kita
bicara.
Melepaskan ketakutan: Ini bukan tentang penting dan tidaknya isi pembicaraan kita, tetapi tentang sesuatu yang jauh lebih penting. Tuliskan ketakutan mengenai kemungkinan terburuk yang akan terjadi, lalu baca berulang-ulang. Sesudah itu, tuliskan daftar perubahan yang ingin kita capai. Pahami, bangkitkan, dan rasakan motivasi untuk berubah.
Hapus mitos-mitos: Banyak mitos yang ada di benak kita yang menghambat kita untuk berani bersuara, seperti kegugupan adalah pertanda kelemahan, semua yang kita katakan harus penting, semua berakhir kalau kita melakukan satu kesalahan. Siapa pun yang akan menjadi pusat perhatian punya kemungkinan untuk ditolak. Jadi, wajar kita merasa gugup! Kegugupan hanyalah tanda kelebihan energi yang harus dipelajari cara menguasai dan mengendalikannya.
Melepaskan ketakutan: Ini bukan tentang penting dan tidaknya isi pembicaraan kita, tetapi tentang sesuatu yang jauh lebih penting. Tuliskan ketakutan mengenai kemungkinan terburuk yang akan terjadi, lalu baca berulang-ulang. Sesudah itu, tuliskan daftar perubahan yang ingin kita capai. Pahami, bangkitkan, dan rasakan motivasi untuk berubah.
Hapus mitos-mitos: Banyak mitos yang ada di benak kita yang menghambat kita untuk berani bersuara, seperti kegugupan adalah pertanda kelemahan, semua yang kita katakan harus penting, semua berakhir kalau kita melakukan satu kesalahan. Siapa pun yang akan menjadi pusat perhatian punya kemungkinan untuk ditolak. Jadi, wajar kita merasa gugup! Kegugupan hanyalah tanda kelebihan energi yang harus dipelajari cara menguasai dan mengendalikannya.
Harus ada yang
pertama kali: Semua orang yang kita lihat terampil bicara saat ini juga
nervous waktu berbicara pertama kalinya. Kita harus mulai, harus ada praktik
yang pertama untuk melakukannya. Cobalah, karena kalau kita tidak pernah
mencoba, kita tidak akan pernah belajar.
Terus berlatih: Bulatkan tekad, Saya harus berani mencoba! Biar saja, mungkin saya merasa terhina seminggu atau sebulan daripada seumur hidup tidak pernah bisa. Kita bisa berlatih sendiri di rumah di depan cermin atau bersama teman dan minta teman memberikan masukan. Bicara langsung di hadapan orang lain adalah latihan yang paling ampuh.
Kuasai banyak informasi: Inti dari bicara (komunikasi) adalah menyampaikan pesan atau informasi. Jadi, setiap saat pelajari informasi yang kita butuhkan dalam hidup kita, termasuk informasi-informasi lainnya yang berpengaruh terhadap kita. Punya banyak informasi juga akan membantu kita untuk jadi lebih percaya diri.
Terus berlatih: Bulatkan tekad, Saya harus berani mencoba! Biar saja, mungkin saya merasa terhina seminggu atau sebulan daripada seumur hidup tidak pernah bisa. Kita bisa berlatih sendiri di rumah di depan cermin atau bersama teman dan minta teman memberikan masukan. Bicara langsung di hadapan orang lain adalah latihan yang paling ampuh.
Kuasai banyak informasi: Inti dari bicara (komunikasi) adalah menyampaikan pesan atau informasi. Jadi, setiap saat pelajari informasi yang kita butuhkan dalam hidup kita, termasuk informasi-informasi lainnya yang berpengaruh terhadap kita. Punya banyak informasi juga akan membantu kita untuk jadi lebih percaya diri.
***
Kawan,
sa hanya mau pesan, kalo ko juga mahasiswa Papua, suara kita sangat dibutuhkan.
Kita harus berani berbicara di depan umum. Saya menulis ini, bukan karena saya
telah berani berbicara di depan umum. Bukan. Untuk menuju kesempurnaan, semua
ada proses. Saya juga ada dalam tahapan proses menuju kesempurnaan.
Mari
kita bersuara untuk tanah kita, bangsa kita di atas tanah Papua milik kita,
semoga suara kita nyaring di telinga dia yang merusak hidup kita. Semoga nada
suara kita begitu nyaring dan perkasa, karena tidak ada ketakutan terselubung
dalam setiap getaran suara yang kita hasilkan, menyampaikan aspirasi kita,
tanah dan bangsa Papua.
Torang
smua tra kosong. Mari Maju bersuara demi harga diri!.
)* Penulis adalah
mahasiswa Papua, alumni SMA YPK Tabernakel Nabire, angkatan tahun 2012. Saat ini kuliah di tanah
Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar