Malaria adalah penyakit
yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya, hewan melata dan
hewan pengerat, yang disebabkan oleh Parasit atau infeksi Protozoa dari genus
plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil )
serta demam berkepanjangan.
Penyakit
malaria memiliki 4 jenis plasmodium, dan masing-masing disebabkan oleh spesies
parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas
dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai
pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik.
Malaria
adalah penyakit yang bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan
oleh parasit malaria atau protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang
masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina
(WHO 1981) ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh
manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan malaria adalah
plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium
malariae.
Parasit
malaria yang terbanyak di Indonesia adalah plasmodium falciparum dan plasmodium
vivax atau campuran keduanya, sedangkan plasmodium ovale dan malariae pernah
ditemukan di Sulawesi, Papua Barat dan negara Timor Leste. Proses penyebaran penyakit ini dimulai dari nyamuk
malaria yang mengandung parasit malaria menggigit manusia sampai pecahnya sizon
darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari
setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9-40 hari.
Mahasiswa menilai Papua sebagai wilayah pantai
selatan Papua
yang merupakan habitat nyamuk Anopheles sp, tidak
mungkin memberantas nyamuk itu sampai habis. Karena perubahan iklim global
meningkatkan populasi nyamuk secara drastis. Yang bisa dilakukan hanyalah
menekan populasi nyamuk dengan, misalnya menebar ikan di persawahan. Selain
itu, adanya lonjakan KLB juga disebabkan, kendurnya pemantauan populasi nyamuk
oleh petugas kesehatan, lantaran sudah lama tidak ada kasus malaria, Masyarakat
pun menjadi lengah.
Sementara
itu, krisis ekonomi membuat kemampuan menyediakan insektisida untuk menyemprot
nyamuk juga menjadi terbatas, sehingga timbul KLB. KLB kedua terjadi lebih
dikarenakan selama bulan Juni dan bulan Juli, banyak penduduk yang para perantau pulang kampung.
Penduduk yang merantau di daerah endemis, seperti Nabire, Timika atau Jayapura, pulang membawa parasit dan menularkannya ke penduduk
desa.
Memang,
cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan daerah yang
terlalu padat, memudahkan penyebaran penyakit ini. Pembukaan lahan-lahan baru
serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan
kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah itu. Selain itu,
perubahan iklim, perubahan lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan air
di bekas galian pasir juga penebangan hutan bakau, juga mempercepat penyebaran
penyakit malaria. Hal itu diperparah dengan perpindahan penduduk dari daerah
endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya.
Diskusi ini bertujuan untuk memenuhi program kerja ikatan Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai kordinator wilayah Yogyakarta dan Solo, selain itu diskusi ini juga bertujuan untuk membuka wawasan dan cara berpikir kita agar dapat memahami berapa pentingnya menjaga kesehatan orang Papua umumnya dan khususnya Orang Dogiyai.
Siklus
parasit malaria adalah setelah nyamik anopeles yang mengandung parasit malaria
menggigit manusia maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk
kedalam darah dan jaringan hati.
Malaria
adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan
melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
plasmodium. Penyakit ini memiliki empat jenis dan masing-masing disebabkan
spesies parasit yang berbeda.
Jenis malaria itu diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan
plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali
setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah
infeksi).
2. Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal
atau disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering
menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
3. Malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae,
memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau
tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah
infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria yang paling jarang ditemukan adalah yang
disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Di
dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet)
dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi
ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista.
Setelah ookista matang akan pecah dan keluar sporozoit yang berpindah ke
kelenjar liur nyamuk, dan siap untuk ditularkan ke manusia.
Pada
serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan
seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya
malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang
mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa
ini disebut sekustrasi.
Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari
beberapa jenis, yaitu:
1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang
berasal dari daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan
(immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan
suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:
2. Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah
pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan
mengigil-dingin.
3. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita
mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada
penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih
dari 40 derajad celcius.
4. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam,
terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah.
Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti
orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.
Di
daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai imunitas terhadap
malaria, gejala klasik di atas timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak
ditemukan gejala tersebut- kadang muncul gejala lain.
Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:
1. Demam
2. Menggigil
3. Berkeringat
4. Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala,
mual dan muntah.
5. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di
Timtim), nyeri otot atau pegal-pega pada orang dewasa (di Papua), pucat dan
menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).
Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala
malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)
2. Kejang, -beberapa kali kejang
3. Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
4. Mata kuning dan tubuh kuning
5. Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan
6. Jumlah kencing kurang (oliguri)
7. Warna urine seperti teh tua
8. Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)
9.Nafas sesak
Seseorang bisa diketahu
terserang penyakit malaria lewat penampakan klinis (seperti gejala-gejala di
atas) atau pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium (SD),
seseorang bisa diketahui terkena:
1) Malaria ringan atau tanpa komplikasi:
a. Malaria falciparum (tropika), disebabkan p. falciparum
b. Malaria vivak/ovale (tertiana), disebabkan p. vivax/ovale
c. Malaria malariae (kuartana), disebabkan p. malariae
Saat
ini, para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria.
Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat, kini sedang diuji coba klinis
untuk keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan. Sementara itu,
ahli lainnya sedang berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum.
Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan
penderita, mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan
relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang
ideal adalah yang memenuhi syarat:
2) Membunuh semua stadium
dan jenis parasit
3) Menyembuhkan infeksi
akut, kronis dan relaps
4) Toksisitas dan efek
samping sedikit
5) Mudah cara pemberiannya
6) Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat
Sayangnya,
dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan
operasioanal itu adalah:
a) Produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas
kurang baik –bahkan obat palsu-
b) Distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas
indikasi kasus di puskesmas.
c) Kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai
dengan dosis trandar yang telah ditetapkan.
d) Kesadaran
penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan
(misal, klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja).
Sementara itu, hambatan
teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap obat. Efek sampingnya:
a) Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare
terutama bila perut dalam keadaan kosong.
b) Pandangan kabur
c) Sakit kepala, pusing (vertigo)
d) Gangguan pendengaran
Akhir
kata: Mencegah lebih baik, daripada Mengobati
DISKUSI IPMADO JOG-LO
Pemateri : Obet Tekege
Moderator : Ismail Douw
Notulen : Mozes Bidabi Tebai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar